Lintang dan Niko masih terlibat pertengkaran,
“Lintang. Setidaknya biar aku jelasin dulu…”
Niko memegang tangan Lintang,
“Please, ikut aku sebentar. Aku janji nggak bakal ada apa-apa…”
“Lepaskan aku, Niko!” Lintang yang tidak sudi disentuh oleh Niko berteriak dan berontak.
Rian – yang sejak tadi diam melihat pertengkaran mereka – bergerak ketika melihat Niko berusaha menarik paksa Lintang.
“Hei tunggu!” serunya.
Di dalam Pajero,
“Ndan?”
“Oke, persempit jarak!”
Pajero hitam tersebut bergerak perlahan mendekati titik keributan.
Niko menarik tangan Lintang.
Lintang meronta dan berontak.
Rian berusaha mencegah hal yang lebih buruk terjadi. Dia berupaya melepaskan Lintang dari Niko,
“Dia nggak mau ikut kamu! Jangan dipaksa!”
Usahanya berhasil, saat ini pegangan tangan Niko terlepas dari Lintang. Dan akibatnya, Niko memandang Rian dengan wajah merah padam.
“Jangan ikut campur!” geram Niko, “Aku pacarnya! Aku lebih kenal Lintang dari siapapun!”
“Pacarnya? Huh! Walau kamu pacarnya, kamu nggak bisa narik-narik Lintang seperti itu” balas Rian.
Suasana semakin tegang. Niko mengangkat kedua tangannya setinggi dagu dan mengepalkannya. Gestur Niko membuat Rian waspada, begitu juga orang-orang yang berada di dalam Pajero hitam.
“Ndan?”
“Bawel banget lu ah!Tunggu dulu nape!” yang ditanya malahan menjawab dengan logat Betawi yang kental.
Lintang terbelalak.
Mereka mau berkelahi!
“Niko! Rian! Tunggu!”
Lintang berlari menghampiri mereka, berdiri di tengah-tengah kedua pemuda yang saat ini sedang saling berhadapan.
“Niko!” serunya.
“Lintang,” desis Niko, “Minggir.”
“Nggak! Aku nggak akan minggir selama kalian masih mau berkelahi!”
Niko memejamkan matanya dan menunduk.
“Maaf,” katanya.