Mohon tunggu...
Ryan M.
Ryan M. Mohon Tunggu... Editor - Video Editor

Video Editor sejak tahun 1994, sedikit menguasai web design dan web programming. Michael Chrichton dan Eiji Yoshikawa adalah penulis favoritnya selain Dedy Suardi. Bukan fotografer meski agak senang memotret. Penganut Teori Relativitas ini memiliki banyak ide dan inspirasi berputar-putar di kepalanya, hanya saja jarang diungkapkan pada siapapun. Professional portfolio : http://youtube.com/user/ryanmintaraga/videos Blog : https://blog.ryanmintaraga.com/

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Kisah Dua Hati #24: Cerita di Private Room Part III

27 Juni 2014   15:09 Diperbarui: 18 Juni 2015   08:39 331
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1403831018247063604


Jadi begitu…

Niko memandang gadis yang pernah menjadi pacarnya ini.


“Lintang…” panggilnya, “Apa pacarmu tau kejadian itu?”


“Dia tau,” jawab Lintang tanpa menoleh, “Aku yang cerita ke dia.Dan dia tetap menerimaku…”


“Oh…” Niko mendesah, “Dia keliatannya orang yang baik.”


“Memang.Itulah sebabnya aku sangat mencintainya.”

Hati Lintang terasa perih mengingat Rian yang saat ini sudah bersama Rin.

Ruangan itu hening selama beberapa saat.


“Jadi…” gumam Niko, “Sebenarnya aku juga sangat berharap kita bisa seperti dulu.Tapi… sepertinya sudah nggak ada kesempatan buatku untuk bisa balik sama kamu.Tapi setidaknya sekarang kamu sudah tau gimana kejadian yang sebenarnya.Aku lega sudah menceritakan hal yang sebenarnya…”


“Aku coba untuk percaya kata-katamu,” hati Lintang masih terasa berat mengingat cerita Niko tadi, “Aku sendiri juga nggak tau harus gimana.  Niko yang kukenal adalah orang yang jujur, orang yang kata-katanya bisa dipegang.Meski sama sekali nggak ada bukti yang menguatkan ceritamu, aku coba untuk percaya sama kamu.Lagian aku sudah memutuskan untuk menghadapi masa laluku…”

Lintang kemudian memegang tangan Niko.


“Dan mengenai perasaanmu, aku harap kamu ngerti.Kisah kita sudah berakhir...”

Niko mendesah.


“Apa karena kejadian itu?” tanyanya.


“Mungkin,” jawab Lintang, “Tapi sebenarnya ada sang waktu yang membuatku mengenal seseorang.Seseorang yang menerimaku apa adanya.”


“Itu karena dia tau kamu belum diapa-apain,” Niko mencoba berargumen.


“Aku baru menceritakan bagian itu justru setelah aku jadian sama dia.”

Niko menghela nafas.Dia sadar tak ada gunanya mencoba mengubah pendirian gadis yang ada di hadapannya ini.


“Aku ngerti.Sekarang aku cuma bisa menyesali kebodohanku waktu itu.Kebodohan yang membuat kamu lepas dari aku.”

Pemuda ini terdiam sejenak.


“Lintang, maaf, bolehkah aku memelukmu untuk terakhir kalinya?”

Lintang menggeleng dengan tegas.


“Maaf, Niko.Aku nggak bisa memenuhi permintaanmu.Hubungan kita sudah nggak seperti dulu, sekali lagi aku yakin kamu bisa mengerti.”


“Baiklah.Aku ngerti….”


Aku benar-benar harus melupakannya…

* * *

Mereka bertiga akhirnya berpisah di tempat parkir.


“Nah, Lintang.Kita berpisah di sini.Aku akan selalu berdoa untuk kebahagiaanmu.Jaga dirimu,” ujar Niko.


“Kamu juga,” sahut Lintang.


“Aksa,” Niko menoleh pada Aksa, “Terimakasih sudah mau menemani Lintang menemuiku malam ini.”


“No probs,” balas Aksa.


“Kita mungkin bisa jadi teman yang cocok,” sambung Niko.

Niko mengulurkan tangannya menjabat tangan Lintang.


“Titip salam juga buat Rian, sampaikan permohonan maaf dan penyesalanku padanya.Suatu hari nanti mungkin aku akan menemuinya.”


“Pasti aku sampaikan.”.

Setelah mereka berpisah, Niko membuka ponselnya dan menelepon seseorang.


“Hello mom?Mom, sekarang aku sudah siap untuk kuliah di luar negeri…”

(Bersambung)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun