Mohon tunggu...
Ryan M.
Ryan M. Mohon Tunggu... Editor - Video Editor

Video Editor sejak tahun 1994, sedikit menguasai web design dan web programming. Michael Chrichton dan Eiji Yoshikawa adalah penulis favoritnya selain Dedy Suardi. Bukan fotografer meski agak senang memotret. Penganut Teori Relativitas ini memiliki banyak ide dan inspirasi berputar-putar di kepalanya, hanya saja jarang diungkapkan pada siapapun. Professional portfolio : http://youtube.com/user/ryanmintaraga/videos Blog : https://blog.ryanmintaraga.com/

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Kisah Dua Hati #24: Cerita di Private Room Part III

27 Juni 2014   15:09 Diperbarui: 18 Juni 2015   08:39 331
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1403831018247063604


“Perempuan nggak berguna!  Tunggu aja suatu hari nanti!”

Setelah berpakaian, dia menghampiri Niko dan di tangannya entah dari mana sudah ada sebilah pisau.


“Dengan video itu kita masih bisa meras yang cewek, tapi yang ini jadi nggak ada gunanya.Dia harus mati biar nggak ada saksi!”

Niko tercekat!


Aku akan mati!

BRAKKK!

Tiba-tiba pintu gudang ditendang dengan keras.Sekelompok orang berpakaian safari hitam kemudian masuk dan menodongkan senjata api, bahkan salah seorang dari mereka membawa shotgun!


“Jangan bergerak!” seru salah seorang dari mereka.

* * *


“Mereka adalah pengawal-pengawalku,” ujar Niko, “Sama seperti yang kita temui kemarin waktu temanmu tertabrak motor.”


“Dia bukan temanku…” potong Lintang, “Dia lebih dari itu…”

Mendengar perkataan Lintang tadi, Niko terkejut.


“Oh gitu…” gumamnya setelah terdiam beberapa lama.

Pada saat itu, Lintang sendiri tak tahu mengapa dia mendadak berkata seperti tadi.


Setidaknya Rian pernah jadi pacarku…


“Terus, apa yang terjadi setelah itu?” tanya Lintang.

Niko melanjutkan ceritanya,


“Ya, saat itu aku baru tahu bahwa selama ini aku selalu dikawal diam-diam.Hanya saja saat itu mereka kehilangan jejakku.Kalau saja di mobilku nggak ada GPS, mungkin saja aku nggak bakal ketemu.Tak lama kemudian, preman-preman itu berhasil dilumpuhkan dan menyerah.Tapi karena sangat mengkhawatirkanmu, aku segera membawamu ke rumah sakit dan lupa soal video itu.”

Niko menghela nafas.Jelas terdengar penyesalan mendalam dari nada suaranya.


“Begitu ingat soal video yang direkam Andre, aku segera kembali ke tempat tersebut.Tapi tempat itu sudah kosong.Aku juga bergegas ke rumah Rudi, Yongki, dan Andre, tapi mereka semua sudah kabur.Bahkan orangtuanya sendiri nggak tau mereka ada di mana.Selama satu minggu aku berusaha mencari keberadaan mereka – termasuk Keling, tapi gagal.”


“Dan akhirnya video itu beredar…” gumam Lintang, lirih.


“Maafkan aku…” ujar Niko, “Aku panik waktu itu.”

Lintang masih terdiam.Saat ini di pikirannya berkecamuk berbagai perasaan yang sulit diungkapkan dengan kata-kata.Luka hatinya memang kembali terbuka mengingat peristiwa traumatis tersebut, akan tetapi dia sudah bertekad untuk menghadapinya.


Aku harus kuat!Aku harus kuat demi orang-orang yang kusayangi…


Tapi… haruskah aku percaya padanya?


Apa aku bisa percaya pada ceritanya?


Aku hanya mengandalkan kepercayaanku padanya.Sebuah cerita tanpa bukti…

Dalam gejolak batin di hatinya, didengarnya Niko yang kemudian melanjutkan ceritanya.


“Dan ketika papa tau soal video itu, dia minta bantuan polisi untuk menuntaskan kasus tersebut.Hasilnya?Cuma Keling dan dua temannya yang ketangkap, itu pun mereka dikenai tuduhan percobaan pembunuhan, dan tindak asusila.Sama sekali nggak ada bukti keterlibatan mereka dalam penyebaran video itu.”

Lintang menghela nafas.Berat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun