Mohon tunggu...
Ryan M.
Ryan M. Mohon Tunggu... Editor - Video Editor

Video Editor sejak tahun 1994, sedikit menguasai web design dan web programming. Michael Chrichton dan Eiji Yoshikawa adalah penulis favoritnya selain Dedy Suardi. Bukan fotografer meski agak senang memotret. Penganut Teori Relativitas ini memiliki banyak ide dan inspirasi berputar-putar di kepalanya, hanya saja jarang diungkapkan pada siapapun. Professional portfolio : http://youtube.com/user/ryanmintaraga/videos Blog : https://blog.ryanmintaraga.com/

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Kisah Dua Hati #27 : Aku Tahu Kau Takkan Bisa Mengatakannya

7 Juli 2014   14:10 Diperbarui: 18 Juni 2015   07:10 336
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


“Kebimbanganmu itu malah membuatku merasa sangat bersalah padamu.  Aku mungkin bisa terima seandainya kamu datang dengan wajah dingin dan berkata ‘kita putus’, tapi aku nggak sanggup kalo kamu memutuskan untuk tetep jalan denganku cuma karena kamu nggak ingin menyakitiku.”

Rian mendesah.


“Rin, maafkan aku…”

Rin tersenyum getir.


“Nggak perlu minta maaf.  Kamu berusaha menjaga perasaanku, dan aku bahagia.  Aku suka sifatmu yang seperti itu…”

Suasana menjadi hening.

Rin melanjutkan ucapannya,


“Terimakasih untuk kebahagiaan yang sudah kamu berikan selama kebersamaan kita.  Tapi menurutku, sekarang saatnya kita harus berpisah.”

Rin mencoba tegar ketika mengatakan hal itu.


“Aku tau kamu nggak akan bisa mengatakannya, jadi biar aku aja…”

Rian terdiam dengan kepala menunduk, dia tau apa yang akan Rin katakan.


Maafkan aku, Rin.

Rin memejamkan mata dan mendongakkan kepala untuk mencegah jatuhnya air mata.


“Rian, kita putus.”

Hening kembali.

Hanya ada dengung pendingin udara dan detik jam di ruangan itu.

Rian mengangkat kepalanya.  Perasaannya terasa sangat berat.


“Rin…” gumamnya.

Dilihatnya gadis itu sekarang berbalik dan membelakanginya, kepalanya masih menengadah.


“Sekarang kejar dia, Rian," didengarnya Rin berkata, "Kejar Lintang.  Hari ini dia berangkat ke Jogja ‘kan?  Semoga kalian masih bisa ketemu.”

Rian masih mematung.


“Kejar dia, Rian.  KEJAR!” seru Rin.


“Rin, maafkan aku,” Rian bangkit, keluar dari kamar Rin, dan berlari.  Langkah kakinya makin lama semakin terdengar jauh dan menjauh.

Rin perlahan berbalik dan memandang pintu kamarnya yang masih terbuka.


Selamat tinggal, Rian.


Terimakasih untuk semuanya, aku sangat bahagia karena pernah menjadi seseorang yang istimewa di hatimu…

(Catatan penulis : untuk menggambarkan kerelaan Rin melepas Rian di chapter ini, saya menawarkan lagu “Don’t Find Me Again” dari Davichi.Visualisasi untuk adegan ini adalah kenangan Rin akan kebersamaannya dengan Rian.FYI, berhubung lagu ini menggunakan bahasa Korea, saya sarankan pembaca untuk membaca lirik Inggrisnya.Selamat berimajinasi!)

(Bersambung)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun