Mohon tunggu...
Ryan M.
Ryan M. Mohon Tunggu... Editor - Video Editor

Video Editor sejak tahun 1994, sedikit menguasai web design dan web programming. Michael Chrichton dan Eiji Yoshikawa adalah penulis favoritnya selain Dedy Suardi. Bukan fotografer meski agak senang memotret. Penganut Teori Relativitas ini memiliki banyak ide dan inspirasi berputar-putar di kepalanya, hanya saja jarang diungkapkan pada siapapun. Professional portfolio : http://youtube.com/user/ryanmintaraga/videos Blog : https://blog.ryanmintaraga.com/

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Faiz & Aida #4 : Doa yang Terkabul

23 Juli 2014   14:02 Diperbarui: 18 Juni 2015   05:29 169
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14060719461328315523

“Bukan, Tante,” jawabku, “Faiz tau alamat ini dari Om Wid.”


Mendengar nama ‘Om Wid’, Tante Dian langsung terkejut, begitu pula Lia yang selama percakapan tadi terus mendampingi kami.

“Kamu ketemu Om Wid?!  Di mana?  Kapan?  Kok bisa?  Gimana keadaannya?” cecar Tante Dian.


Mendapat cecaran pertanyaan seperti itu, aku baru ingat bahwa Om Wid malu pada keadaannya sekarang ini sehingga beliau sementara ini sengaja menghindar dari keluarganya.

Om Wid, maaf.  Faiz harus cerita.  Bagaimanapun juga Om dan Tante adalah satu keluarga, dan lagi keliatannya Tante bisa menerima kondisi Om.


Aku kemudian menceritakan seluruh percakapanku dengan Om Wid, bagaimana kondisinya saat ini, dan bagaimana aku bisa ketemu dengannya.

“Ini alamat sama nomer handphone Om Wid,” ujarku.


Tante Dian menangis.

“Faiz, Tante bener-bener bersyukur ketemu kamu hari ini.  Kedatanganmu hari ini sudah membawa kebahagiaan dan harapan baru buat Tante.  Kalo kamu nggak ke sini, mungkin Tante nggak akan pernah tau di mana Om Wid tinggal dan gimana kondisinya.”


Aku hanya terdiam memandang Tante Dian, sementara Lia memegang tangan Tante Dian - tanpa suara.

“Ya Allah, terimakasih Engkau sudah mengabulkan doaku, doa yang tak putus kulantunkan setiap saat pada-Mu.  Alhamdulillah ya Allah…”


Tante Dian menutup muka dengan kedua tangannya.

Aku dan Lia saling pandang.

* * *

Tante Dian sudah lebih tenang sekarang, rupanya informasi keberadaan Om Wid sudah membuat sebagian bebannya terangkat.  Aku pun teringat maksud kedatanganku sebenarnya.

“Maaf Tante, dari tadi Faiz nggak liat Aida.  Aida ke mana ya?” tanyaku.

“Oh iya!” Tante Dian tersadar, “Astaga, Tante lupa kalo kamu ke sini mau ketemu Aida.  Maafin Tante ya, Faiz.”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun