Mohon tunggu...
Ryan M.
Ryan M. Mohon Tunggu... Editor - Video Editor

Video Editor sejak tahun 1994, sedikit menguasai web design dan web programming. Michael Chrichton dan Eiji Yoshikawa adalah penulis favoritnya selain Dedy Suardi. Bukan fotografer meski agak senang memotret. Penganut Teori Relativitas ini memiliki banyak ide dan inspirasi berputar-putar di kepalanya, hanya saja jarang diungkapkan pada siapapun. Professional portfolio : http://youtube.com/user/ryanmintaraga/videos Blog : https://blog.ryanmintaraga.com/

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

[Fiksi Fantasi] X-Gene: Cassie

17 September 2014   03:46 Diperbarui: 18 Juni 2015   00:28 146
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1410863847347700881


Penulis : Ryan M.   |   No. : 4

Apartemen Ashvalle, Silverbank, jam 02:35.

Deringan itu memecah kesunyian malam.  Dengan enggan, Gene mengangkat telepon genggamnya.

Dari kantor!

“Hallo?” sapanya sembari berusaha mengumpulkan segenap kesadarannya.

“Dr. Valenzuela? Maaf mengganggu Anda pagi-pagi begini,” terdengar suara seorang pria dari seberang sana.

“It’s okay,” balas Gene, “Ada apa?”


Gene bangkit dari tempat tidur, khawatir suaranya tadi akan mengganggu istrinya yang saat ini masih tertidur pulas.

Semoga ini sesuatu yang penting.

“Baik,” sahut si penelepon, “Begini Dok, seperti yang Anda tahu...”

“Maaf,” potong Gene tak sabar, “Bisa kita langsung ke intinya saja?”

“Baik, Dok.  Maaf.  Mungkin sebaiknya Anda langsung bicara dengan Agen Davidson.”

Gosh! Gene memaki dalam hati.


Terdengar nada panggil yang diikuti dengan suara berat seorang pria beraksen Timur Tengah.

“Pagi, Dok,” sapanya.


Hassan Leynard Davidson berusia sekitar 26 tahun, merupakan agen terbaik di unit mereka, Unit X-Gene.  Unit ini dibentuk pemerintah untuk menyelidiki dan menangani berbagai peristiwa yang diduga melibatkan orang-orang berkemampuan tidak biasa.

“Pagi, Hassan,” sapa Gene, “Kuharap ini berita bagus.”


Hassan Davidson tertawa,

“Aku berharap begitu, dan sepertinya memang begitu.  Kau tahu, Dok?  Kita berhasil mendapatkan Chase.”


Antusiasme Gene bangkit.

“Sungguh?  Sekarang di mana dia?”


Hassan kembali tertawa,

“Akan kusiapkan secangkir kopi di mejamu, Dok,” katanya.

* * *

Lochgate Tower, jam 03:55.

“Lewat sini, Dok.”


Setelah menyesap secangkir kopi sambil membaca kronologis singkat penangkapan seseorang yang disebut sebagai ‘Chase’ di ruang kerjanya, saat ini Gene - dengan ditemani seorang petugas - menuju ruangan yang sering disebut sebagai ruang interogasi, Atrium of Wisdoms.

Mereka berhenti di depan sebuah ruangan.  Hassan yang melihat Gene kemudian menghampiri dan menyalami pria berusia sekitar 38 tahun tersebut.

“Dok,” sapanya.

“Seperti apa dia?” tanya Gene sambil membolak-balik berkas yang sejak tadi dibawanya, “Ternyata seorang gadis berusia 17 tahun ya?”

“Benar, Dok,” jawab Hassan, “Dan aku rasa kau setuju bahwa kita yang akan menangani kasusnya.  Lihat.”


Pintu ruangan itu memang dibiarkan terbuka agar mereka bisa mendengar percakapan yang terjadi.

“Nona, aku bertanya sekali lagi padamu,” terdengar suara Agen McGee dari dalam ruangan.


Saat ini di hadapannya duduk seorang gadis berambut pirang berusia 17 tahun - seorang hacker dengan nickname ‘Chase’.  Berbagai laporan menyebutkan bahwa Chase sudah berhasil meretas ribuan sistem jaringan - bahkan yang memilki keamanan tingkat tertinggi sekalipun.  Target utama Chase adalah sistem jaringan perbankan. Dengan aksinya tersebut, hacker muda ini mencuri data-data nasabah yang kemudian digunakannya untuk melakukan pembelanjaan di toko-toko online.

Sulit dipercaya dia masih semuda ini.


McGee membolak-balik berkas Chase.

“Nona Cassie Graham, di sini tertulis bahwa Anda sudah melakukan aksi peretasan sejak berusia 14 tahun.  Bisa kau ceritakan padaku lebih detail lagi?”


Chase alias Cassie sepertinya tak mengacuhkan pertanyaan McGee.  Saat ini perhatiannya tertuju pada kepala agen tersebut - lebih tepatnya pada ruang di atas kepalanya.  Bola matanya bergerak-gerak, mulutnya komat-kamit seolah membaca sesuatu, terkadang ia tersenyum sendiri.

Tiba-tiba Cassie tertawa keras.

Tampak McGee mendesah,

“Sekarang apa?” tanyanya.


Cassie masih tertawa.

“Pak, apa Anda tahu bahwa anak Anda baru saja mengunggah foto ketika Anda masih berusia 2 tahun dan sedang digendong oleh ibu Anda?”

“Lalu, apanya yang lucu?” tanya McGee.

“You’re so cute!” ujar Cassie, “Waktu itu Anda sangat kurus, siapa sangka sekarang Anda menjadi seorang agen di... ah sebentar...”


Cassie berhenti sejenak, ia lalu memandang Gene.

“Dr. Gene Valenzuela?” tanyanya dengan mata mengerjap, “Peraih Nobel Fisika, ilmuwan yang mengkhususkan diri mempelajari perilaku gen, penulis ratusan buku tentang ilmu genetika, pembicara, dan... Anda pernah mengalami kecelakaan - bahkan koma - sewaktu remaja dan dirawat di RS Cormount?”


Semua memandang Gene.

“Itu benar,” ujar Gene.

Aku bahkan tak pernah menceritakan soal kecelakaan itu.

“Agen McGee, kurasa sudah saatnya Anda beristirahat,” sapa Gene pada McGee, “Terimakasih atas bantuanmu.”

“Sama-sama Dok,” McGee bangkit dan berbisik, “Hati-hati, dia bahkan tahu dengan pasti jumlah tagihan kartu kreditku dan tanggal jatuh temponya.”


Gene menepuk pundak McGee kemudian duduk di hadapan Cassie Graham yang saat ini kembali acuh tak acuh.

“Aku terkesan denganmu tadi, Nona,” ujar Gene, “Bagaimana caramu melakukannya?”


Sama seperti tadi, kali ini Cassie kembali asyik melihat ruang di atas kepala lawan bicaranya.

“Wow!  Anda bahkan lebih menarik daripada agen tadi, tapi sedikit membosankan.  Tidak ada catatan buruk soal Anda, Dok.”


Gene tersenyum,

“Well, thanks.  Sekarang ijinkan aku sedikit memamerkan keahlianku.  Berikan tanganmu.”


Cassie menurut.  Gene memegang tangan gadis tersebut.

“Sekarang pikirkan sesuatu,” perintah Gene, “Fokuskan pikiranmu pada hal tersebut.”

“Oke,” jawab Cassie.


Perlahan-lahan gadis itu merasa tubuhnya semakin ringan, rupanya ia terangkat dari kursi.  Melayang.

“Ini yang kau pikirkan, bukan?” cetus Gene, “Kau ingin terbang, melayang?”

“B... bagaimana bisa?” gadis itu takjub bukan main.

“Sekarang aku akan melepaskan peganganku,” kata Gene.


Brukk!

Dalam sekejap, Cassie terjatuh, namun dilihatnya Gene masih melayang sebelum akhirnya turun dan mengulurkan tangannya.

“Bagaimana caramu melakukannya?” tanya Cassie kembali.

“Aku juga punya pertanyaan yang sama untukmu, Nona Graham,” balas Gene, “Bagaimana caramu meretas sistem jaringan - bahkan yang paling kuat sekalipun?”


Cassie menghela nafas.

“Oke,” katanya kemudian kembali duduk di kursinya, “Tapi, bolehkah aku menggunakan kemampuanmu untuk menunjukkan bagaimana caraku meretas sebuah sistem?”

“Tak masalah,” ujar Gene.

“Aku butuh seorang sukarelawan,” lanjut Cassie.


Gene menoleh ke luar ruangan.

“Ada yang tak keberatan informasi pribadinya dibaca oleh kita semua?”

“Biar aku saja,” Hassan masuk ke dalam ruangan.


Cassie mengulurkan tangan pada Gene - sama seperti tadi - sementara mata gadis tersebut memandang ruang di atas kepala Hassan.

Dan sesuatu yang menakjubkan terjadi!

Semua yang hadir di ruangan tersebut melihat bahwa dari atas kepala Hassan keluar aliran cahaya berwarna-warni.  Aliran cahaya ini mengarah ke berbagai penjuru.

“Seperti inilah aku melihat kalian.  Aliran cahaya warna-warni itu adalah jaringan ingatanmu yang terhubung dengan tempat atau orang lain di luar sana, itulah sebabnya cahaya ini mengarah ke berbagai penjuru,” urai Cassie, “Setiap peristiwa yang terjadi akan memiliki keterkaitan dengan peristiwa lainnya.  Misalnya ini.”


Mendadak dari sekian banyak aliran cahaya itu hanya tinggal satu yang tersisa.

“Ini informasi tentang kartu kreditmu,” jelas Cassie, “Dari pindaian ingatanmu, aku bisa tahu nomor kartu kreditmu dan bank penerbitnya.  Dari pindaian ingatanmu pula aku tahu kapan terakhir kali kau menggunakan kartu kreditmu.  Nah lihat...”


Sekarang tampak bayangan samar sebuah toko.

“Hei,” desis Hassan, “Waktu itu aku membeli dasi di toko ini.”

“Pada saat kartu digesek, aku akan meninggalkan jaringan ingatanmu dan melompat masuk ke sistem komunikasi antara merchant dan bank, seperti ini.  Kau tahu?  Semua itu terjadi hanya dalam waktu sekian detik.  Nah aku sekarang sudah berada di dalam sistem jaringan bank penerbit kartu kreditmu.  Di sini aku bisa melakukan apa saja yang kumau.  Aku bisa berpindah ke kartu kredit orang ini misalnya.  Atau ke sini.  Atau masuk ke sistem internal bank.  Semua terjadi dalam hitungan detik.  Oke, cukup?”


Cassie menarik tangannya dari pegangan Gene.  Semua penglihatan tadi menghilang.

Tak ada yang membuka mulut, semua masih terkesima dengan apa yang tadi mereka lihat.

“Aku mengerti,” tukas Gene, “Jadi, kau bisa melihat energi otak kami kemudian masuk ke satu jaringan mesin melalui ingatan yang dimiliki manusia.”


Cassie mengangguk,

“Aku bukanlah hacker.  Aku lebih tepat disebut sebagai trojan atau worm yang memiliki fisik berbentuk manusia.”

* * *

“Jadi, bagaimana, Dok?” tanya Hassan.  Saat ini mereka berada di ruang kerja Gene.


Gene memandang Hassan.

“Ia memang akan menghadapi tuntutan hukum.  Tapi melihat sikapnya tadi, kurasa kita bisa mengupayakan advokasi untuk Nona Graham.”


Ia menutup dan meletakkan berkas yang sedang dibacanya.

“Dan ngomong-ngomong, Agen Davidson.  Akhir-akhir ini kita menerima banyak sekali laporan yang melibatkan orang dengan kemampuan tidak biasa.  Sepertinya kita harus bekerja keras.  Seberapa banyak kau bisa menggandakan diri?”


Hassan tertawa lepas.

“Berapa yang kau butuhkan, Dok?  Sepuluh?  Duapuluh?  Limapuluh?”


Dalam sekejap ruang kerja Gene disesaki oleh puluhan sosok Hassan.

=====&=====

Tulisan ini masuk kategori “Fiksi” dan dipublish pertamakali di www.kompasiana.com
untuk event FIKSI FANTASI yang diadakan oleh FIKSIANA COMMUNITY.

Untuk membaca karya peserta lain, silakan menuju akun FIKSIANA COMMUNITY

Silakan bergabung di grup FB FIKSIANA COMMUNITY

Sumber gambar : newsnetwork.mayoclinic.org

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun