Sekali lagi Nay menggeleng,
“Kamu nggak perlu minta maaf, Van.”Akhirnya aku harus menceritakan ini...
Gadis itu menghela nafas dan memandang Novan.
“Novan,” panggilnya.
Mereka berpandangan.
“Sebelum aku jujur sama kamu, aku minta satu hal dari kamu,” Nay berkata lirih.
“Hm?” Novan heran, “Apa itu?”
Nay sejenak memandang ke arah pintu ruang UKS. Setelah yakin tidak ada yang mendengarkan pembicaraan mereka, gadis itu melanjutkan ucapannya,
“Van, Angga jangan sampe tau hal ini.”
* * *
Angga dan Ami masih sibuk menata buku-buku di ruang perpustakaan. Jam istirahat pertama akan berakhir sekitar 10 menit lagi, namun buku-buku yang harus ditata masih banyak.
“Hff, cukup segini dulu deh,” tukas Ami tiba-tiba, “Sisanya nanti kita lanjut aja.”“Kita?” balas Angga sambil tersenyum nakal, “Kamu aja ‘kali, belum tentu juga aku bisa bantuin kamu lagi.”
Keduanya tertawa.
Jauh di lubuk hatinya, Ami merasa senang karena Angga yang dulu telah kembali. Angga yang sering menggodanya dan sok memberi perhatian atas apapun yang ia lakukan.
Ini Angga yang aku sukai, batin Ami.