Nay akhirnya menceritakan sebuah rahasia pada Novan, rahasia yang ia tidak ingin Angga mengetahuinya. Apa rahasia yang diceritakan Nay pada Novan di ruang UKS? Sementara itu Angga yang sedang bersama Ami tiba-tiba meninggalkan gadis berkacamata tersebut ketika mendengar kabar bahwa Nay saat ini sedang berada di ruang UKS karena kondisinya yang lemah. Tindakan Angga itu tentu saja sangat mengecewakan Ami...
CHAPTER 10
“Sejujurnya, Nay, aku masih agak sulit mempercayai ceritamu...”
Mendengar perkataan Novan barusan, Nay menghela nafas – tak menjawab. Saat itu mereka berdua masih terlibat dalam pembicaraan serius di ruang UKS.
Novan melanjutkan kalimatnya,
“Kita anggap aja kamu bicara jujur, tapi mengingat sebelumnya kamu sudah bohong ke aku sama Angga, rasanya wajar kalo sekarang aku juga meragukan ceritamu.”
“Jadi kamu mau bukti?” tegas Nay.
Novan memandang Nay dengan dingin,
“Kalo kamu memang punya, tunjukkan.”
* * *
Angga berlari secepat mungkin menuju ruang UKS.
Nay! Kamu kenapa lagi?
Entah kenapa saat ini ia sangat mengkhawatirkan Nay.
Jangan-jangan ini karena amnesianya?
Tak berapa lama kemudian Angga tiba di ruang UKS. Ia bermaksud membuka pintu, tapi melalui jendela kaca terlihat Novan dan Nay yang sedang bercakap-cakap dengan raut wajah serius – bahkan cenderung tegang.
Apa yang mereka obrolin? Kok kaya’nya serius banget...
Angga memang tidak bisa mendengar apa yang dibicarakan Novan dan Nay. Dari jendela, ia hanya bisa melihat bahasa tubuh mereka berdua.
Sepertinya Nay sedang berusaha meyakinkan Novan, batin Angga.
Tapi Novan sepertinya nggak percaya dengan apa yang Nay katakan.
Apa yang mereka bicarakan?
Atau jangan-jangan mereka...
...pacaran?
Tiba-tiba pikiran Angga terasa kacau, berbagai perasaan berkecamuk dalam hatinya.
Mereka pacaran?
Bener nggak sih?
Kok aku nggak tau?
Tepat pada saat itu, bel masuk berbunyi. Baik Angga, Novan, dan Nay sejenak mengangkat kepala, memikirkan apa yang akan mereka lakukan selanjutnya.
Angga akhirnya membuka pintu ruang UKS,
“Nay?” panggilnya.
Nay menoleh.
Novan memutuskan menyudahi pembicaraannya dengan Nay. Ia pun bergegas meninggalkan ruang UKS. Di depan pintu ruang UKS, kedua sahabat ini - Novan dan Angga - bertatapan.
Samar Novan merasa ada bara api dalam tatapan Angga.
“Ngga, aku duluan,” ucapnya seraya menepuk pundak Angga.
Alih-alih membalas tepukan sahabatnya seperti yang biasa ia lakukan, Angga malahan buru-buru menghampiri Nay.
“Kamu sakit lagi?” tanyanya.
Nay hanya mengangguk.
“Mau pulang?” Angga bertanya kembali.
Kali ini gadis cantik itu menggeleng.
“Aku nggak apa-apa,” katanya, “Mungkin aku cuma kecapean.”
“Yakin?” tanya Angga cemas, “Mungkin kamu belum sehat bener. Kalo kamu mau pulang nggak masalah kok, aku tinggal minta ijin lagi.”
Nay tersenyum,
“Aku nggak apa-apa. Sepertinya aku cuma butuh istirahat sebentar.”
Angga menghela nafas,
“Yawdah, kamu istirahat aja. Kalo ada apa-apa, kamu hubungi aku ya?”
Nay kembali mengangguk.
Maaf, aku sudah bohong sama kamu, Ngga...
Angga melangkah, bermaksud keluar dari ruangan tersebut. Saat Angga membuka pintu ruang UKS, Ami sudah berada di hadapannya.
"Ami?"
“Gimana kondisi Nay?” tanya Ami.
“Katanya dia cuma butuh istirahat,” jawab Angga, “Kamu mau nengok?”
Ami menggeleng.
“Biar dia istirahat...” ucapnya masygul.
Sejak kedatangan Nay, Angga lebih memperhatikan dia daripada aku.
Kamu tau, Ngga? Aku kecewa banget kamu tadi tiba-tiba ninggalin aku di kantin...
Kedua remaja ini meninggalkan ruang UKS dan berjalan menuju kelas masing-masing.
“Ami,” panggil Angga.
“Ya?”
“Aku minta maaf tadi aku ninggalin kamu di kantin…” sesal Angga.
Ami tak menjawab. Hatinya masih diliputi rasa kesal dan kecewa karena tindakan Angga tadi.
Tapi aku bisa apa? Sudah jelas dia lebih mengkhawatirkan Nay daripada aku.
“Ami?” suara Angga menyadarkannya.
Ami memandang Angga. Dilihatnya pemuda itu menatapnya dengan sorot mata penuh penyesalan,
“Kamu... marah?” tanya Angga.
Saat ini mereka sudah tiba di XII.IIS.2, kelas Ami.
“Ami?” panggil Angga, “Aku bener-bener minta ma...”
“Angga, sudah jam pelajaran. Aku masuk dulu ya, kamu juga buruan,” potong Ami tanpa menjawab pertanyaan Angga.
“A…,” Angga bermaksud memanggil Ami, tapi gadis itu sudah keburu berlari masuk ke dalam kelasnya.
Untuk sejenak Angga mematung di depan kelas Ami. Dipandanginya Ami, namun gadis itu sama sekali tak memandangnya, ia sudah sibuk mempersiapkan diri untuk pelajaran berikutnya.
Angga menghela nafas dan berlari masuk ke dalam kelasnya – dengan diam-diam diikuti pandangan Ami melalui ekor matanya.
Angga, maafkan aku.
Aku sedang nggak tau harus gimana sekarang ini...
Sesaat kemudian, Ami melihat seorang gadis yang sedang berjalan lemah di koridor sekolah.
Nay?
Tanpa pikir panjang, Ami menghambur keluar kelas
“Nay!” panggilnya.
Namun begitu Ami tiba di depan pintu kelas, ia melihat Angga yang rupanya belum masuk ke kelasnya dan Novan yang baru saja keluar dari Ruang Olahraga.
Ami, Angga, dan Novan.
Ketiganya berlari menghampiri Nay namun kemudian sama-sama menghentikan langkah masing-masing. Langkah Ami terhenti karena melihat Angga, langkah Angga terhenti karena melihat Novan, dan langkah Novan terhenti karena melihat Angga!
Ada apa dengan mereka bertiga?
(Bersambung)
Ami, Angga, dan Novan melihat Nay yang kondisinya masih lemah. Ketiganya bermaksud menolong gadis tersebut namun tiba-tiba mengurungkan niat ketika mereka saling menyadari kehadiran masing-masing! Ada apa? Dengan kesalahpahaman Angga tentang hubungan Nay dan Novan, bagaimana mereka bisa pulang bareng? Ikuti chapter berikutnya!“Ada Cinta”, terbit dua kali dalam seminggu, Selasa dan Jumat…
Ada Cinta #11 : Sepeda dan Siang Hari yang Terik | Ada Cinta #1 : Siapa gadis Itu?
Sumber gambar : scarletmoon.dasaku.net
Tulisan ini masuk kategori “Fiksi” dan dipublish pertamakali di www.kompasiana.com, copasing diizinkan dengan mencantumkan URL lengkap posting di atas atau dengan tidak menghapus/mengedit amaran ini
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H