Mohon tunggu...
Ryan M.
Ryan M. Mohon Tunggu... Editor - Video Editor

Video Editor sejak tahun 1994, sedikit menguasai web design dan web programming. Michael Chrichton dan Eiji Yoshikawa adalah penulis favoritnya selain Dedy Suardi. Bukan fotografer meski agak senang memotret. Penganut Teori Relativitas ini memiliki banyak ide dan inspirasi berputar-putar di kepalanya, hanya saja jarang diungkapkan pada siapapun. Professional portfolio : http://youtube.com/user/ryanmintaraga/videos Blog : https://blog.ryanmintaraga.com/

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Ada Cinta #12 : Ready to Love

14 Oktober 2014   14:11 Diperbarui: 17 Juni 2015   21:06 57
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Cerita Sebelumnya :

Kecemburuan Angga membuatnya bertengkar dengan Nay sewaktu mereka pulang sekolah.  Nay yang keras kepala memutuskan turun dari sepeda Angga dan berjalan kaki - tindakan yang menyebabkan keduanya sadar akan kekeliruan sikap mereka sebelumnya.  Dan akhirnya, Angga menyatakan perasaannya pada Nay!

CHAPTER 12

“Nay, aku suka kamu.”

Ucapan yang keluar dari bibir Angga itu sama sekali tak diduga oleh gadis cantik berambut panjang tersebut.

“A... Angga?” hanya itu yang mampu dikatakannya.

“Aku serius,” ulang Angga.

Nay tak mampu berkata apa-apa lagi.  Ditatapnya dalam-dalam mata Angga.

Apa sudah waktunya aku jujur?

Gadis itu menghela nafas.  Pelan.

Kemudian ia berbalik memunggungi Angga dan melangkah meninggalkan pemuda tersebut.  Tindakan Nay tentu saja membuat Angga diam-diam terkejut.

Aku ditolak?

Jadi, Nay beneran pacaran sama Novan?

Angga putus asa.  Ia kalah dan rasanya sungguh sakit.

Untuk mengatasi kegundahan hatinya, ia menengadahkan kepala dan memejamkan mata sembari menarik nafas dalam-dalam.

Aku... kalah?

“Kamu ngapain kok masih di situ?” tiba-tiba terdengar suara Nay.

Angga membuka mata dan kembali menuntun sepedanya.  Kini mereka berjalan bersisian, namun mendadak ada kecanggungan di antara kedua remaja tersebut.

“Angga,” panggil Nay tiba-tiba.

“I... iya... iya…,” Angga mendadak gugup.

“Makasih ya...” lirih Nay.

“Makasih?” Angga bingung, “Untuk?”

Nay masih terus berjalan, kali ini ia menundukkan kepalanya.

“Untuk perasaanmu ke aku.”

“Oh,” Angga menghela nafas dan melanjutkan kalimatnya, “Iy...yaa.., maaf kalau mendadak aku ngomong gitu tadi.  Omongan itu keluar gitu aja dari mulutku.”

(Catatan penulis : untuk menggambarkan adegan di bawah ini, saya menawarkan lagu “Ready to Love” dari Yui. Selamat menikmati! )

Nay tersenyum.

“Tapi...,” ujar Angga lagi, “Aku jadi nggak enak sama Novan.”

“Hm?” Nay heran, “Kenapa emangnya?  Kok jadi bawa-bawa Novan?”

Angga memandang Nay yang berjalan di sisinya.

“Aku ngomong ‘suka’ sama kamu padahal kamu pacaran sama dia.”

“Hm?” Nay terkejut, “Kamu ngomong apa tadi?”

“Aku suka...”

“Bukan!  Bukan itu,” potong Nay, “Aku pacaran sama siapa tadi?”

“Novan,” jawab Angga pendek.

“Novan?” ulang Nay dengan alis diangkat dan kepala dimiringkan sehingga sebagian rambutnya jatuh tergerai melewati tengkuknya.  Benar-benar cantik.

“Ya,” Angga mulai ragu, “Kamu pacaran sama dia ‘kan?”

Angga tak sanggup lagi memandang kecantikan yang terpancar dari gadis di sampingnya saat ini, karena itu ia berbicara sambil memandang ke arah lain.

“Tadi aku liat kamu ngomong serius sama dia di UKS,” lanjutnya.

Nay terdiam sejenak.

“Kapan aku...?” gumamnya

Kemudian...

Gadis itu tertawa terbahak-bahak.

Ini tentu saja membuat Angga heran dan kesal bukan main.

“Kenapa kamu ketawa?” tanyanya.

Nay menjawab diselingi tawa lepasnya,

“Anggaaa, Angga.  Jadi semua masalah hari ini gara-gara itu ya?   Gara-gara kamu ngeliat aku lagi ngobrol serius sama Novan di UKS?”

Nay masih tertawa,

“Kamu lucu,” ujarnya kemudian.

Angga diam saja, tak tahu harus bagaimana meski dalam hatinya agak dongkol juga ditertawakan oleh gadis yang disukainya.

“Angga,” ucap Nay setelah beberapa lama, “Kamu salah.”

“Salah?  Salah di mananya?” tanya Angga.

“Semuanya.”

“Maksudnya?”

“Ya, semuanya,” ulang Nay, “Aku ngomong serius sama Novan bukan berarti aku pacaran sama dia ‘kan?  Masa’ kalo suatu saat aku ngomong serius sama Ryan temen sekelasmu itu berarti aku pacaran sama dia?  Belum tentu juga ‘kan meski dia emang cool dan pinter sih.”

Angga ternganga.

“Ja... jadi? Kamu sama Novan...?”

Nay tertawa kecil,

“Aku nggak pacaran sama Novan.  Kamu salah!  Salah!  Salah!  Perlu aku ulang lagi?” godanya.

“Bener?” Angga tak percaya, “Kamu nggak bohong?”

“Aduuh, mesti berapa kali sih aku ngulang kata-kata itu?” tukas Nay.

Plong!

Rasa hati Angga saat ini terasa sangat lega.  Setitik harapan di hatinya muncul kembali.

“Jadi... gimana dengan perasaanku tadi?” tanyanya.

“Perasaan apa?” Nay balik bertanya.

“Perasaanku...”

“Yang mana?”

“Yang tadi...”

“Yang tadi mana?” Nay masih menggoda Angga.

“Itu...,” mendadak lidah Angga terasa kelu, “Yang tadi aku bilang... su... suka... sama kamu.”

Kok aku jadi gugup gini sih?

“Oooh...” balas Nay ringan.

Haaah?!  Cuma ‘oooh’?!  Itu jawabannya?!

Kedua remaja itu masih berjalan berdampingan.  Angga mencuri pandang ke arah Nay.  Dilihatnya gadis itu menggigit-gigit bibirnya seperti ada sesuatu yang membebani pikirannya.

Dugaan Angga tidak salah.

Meski terlihat riang, sesungguhnya saat itu Nay sedang bimbang.

Akhirnya dia menyatakan perasaannya.

Dan sejujurnya aku juga suka sama dia.

Apa sudah saatnya aku jujur sama dia?

Tapi...

Ini masih belum waktunya.

Nay mendesah pelan.

Aku mesti gimana?

Nay tak sadar bahwa Angga sedari tadi memperhatikannya.

Dia keliatannya bingung, pikir Angga.

Apa aku terlalu buru-buru?

Sementara saat ini Nay masih tenggelam dalam kebimbangan.

Kenapa harus sekarang sih?

Aku bingung…

Aduuuh…

Nay sudah tidak bisa menyembunyikan kegelisahannya.  Dan itu terlihat oleh Angga.

“Nay?” panggil Angga, “Aku…”

“Sebentar,” potong Nay.

Mereka menghentikan langkah dan saling pandang.  Tatapan yang membuat keduanya tahu bahwa mereka saling menyukai.

“Angga,” ucap Nay.

Gadis itu menarik nafas dalam-dalam.

(Bersambung)

Jawaban apa yang akan diberikan Nay terhadap perasaan Angga?  Menerima atau menolak?  Lalu bagaimana dengan Ami?  Di chapter berikutnya, Novan yang masih belum begitu saja percaya dengan cerita Nay berusaha mencari sendiri bukti-bukti keberadaan Nayra.

“Ada Cinta”, terbit dua kali dalam seminggu, Selasa dan Jumat…

Ada Cinta #13 : Bintang Kembar |   Ada Cinta #1 : Siapa gadis Itu?

Sumber gambar : desktopnexus.com
Tulisan ini masuk kategori “Fiksi” dan dipublish pertamakali di www.ryanmintaraga.com, copasing diizinkan dengan mencantumkan URL lengkap posting di atas atau dengan tidak menghapus/mengedit amaran ini

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun