Mohon tunggu...
Ryan M.
Ryan M. Mohon Tunggu... Editor - Video Editor

Video Editor sejak tahun 1994, sedikit menguasai web design dan web programming. Michael Chrichton dan Eiji Yoshikawa adalah penulis favoritnya selain Dedy Suardi. Bukan fotografer meski agak senang memotret. Penganut Teori Relativitas ini memiliki banyak ide dan inspirasi berputar-putar di kepalanya, hanya saja jarang diungkapkan pada siapapun. Professional portfolio : http://youtube.com/user/ryanmintaraga/videos Blog : https://blog.ryanmintaraga.com/

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Ada Cinta #26: Kita Kuliah Bareng Yuk!

2 Desember 2014   14:18 Diperbarui: 17 Juni 2015   16:16 231
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1417479359236855290

Cerita Sebelumnya :

Lewat video yang diberikan Nay padanya, Angga akhirnya tahu kenapa pacarnya itu selama ini berbohong.  Angga juga akhirnya mengetahui cerita sebenarnya yang terjadi antara Nay dengan saudara kembarnya yang bernama Nayra, dan ia merasakan satu penyesalan yang menyesaki dadanya.  Bagaimanakah hubungan mereka berdua ke depannya?

CHAPTER 26

“Rana tak sadarkan diri sejak itu…,” lirih Nay terbata-bata, “…dan malamnya… ia menyusul Ibu, meninggalkan kami…”

Angga menghela nafas.

Jadi begitu.

Semua yang sudah dia lakukan selama ini… demi Nayra dan pesan terakhirnya…

Pura-pura kena amnesia, bersikap seolah sudah mengenalku sebagai teman masa kecilku dan Novan…

Tapi…

Bagaimana dengan perasaannya?

Apa Nay benar suka sama aku?

Atau jangan-jangan dia hanya berpura-pura demi Nayra?

Di layar, tampak handycam yang ditinggalkan itu masih merekam ruangan yang saat ini kosong tersebut – sampai baterainya habis.

“Angga, sekali lagi aku minta maaf,” ujar Nay, “Maafkan aku, juga Rana…”

Angga hanya memandang Nay.  Di satu sisi ia memahami dan memaafkan tindakan Nay, namun di sisi lain hatinya saat ini diselimuti kebimbangan. Besar.

Apa benar Nay suka sama aku?

Nay…

“Sudahlah Nay, aku juga minta maaf,” ucap Angga, “Aku sudah berprasangka buruk ke kamu…”

Ia mematikan video itu, mencabut hardisk eksternal, dan menyerahkannya pada Nay.

“Ini…,” katanya, “Rasanya aku sudah cukup melihat semuanya.”

“Terimakasih,” Nay menerima hardisk tersebut dan beranjak dari kamar Angga, “Aku balik dulu…”

“Nay,” panggil Angga.

Nay menoleh mendengar panggilan tersebut.

“Ya?” tanyanya

Jauh di lubuk hatinya, Angga merasakan ada desakan kuat untuk menanyakan perasaan Nay yang sesungguhnya.

Tapi…

Aku nggak bisa!

Aku nggak mau kehilangan dia, meski mungkin dia cuma pura-pura selama ini.

“Aku janji untuk berusaha memperbaiki sikapku,” akhirnya hanya kalimat itu yang meluncur keluar dari bibirnya.

“Maksudnya?” Nay tak mengerti.

“Aku akan berusaha agar kita nggak ribut-ribut lagi.  Aku akan berusaha lebih memahami dan mempercayaimu.”

Nay tersenyum.

“Makasih, Ngga.  Love you.”

“Love you too, Nay.”

Seandainya Nay memang cuma pura-pura, aku akan berusaha membuatnya benar-benar mencintaiku!

* * *

Dua minggu kemudian siswa-siswi kelas XII SMU Negeri 13 menempuh Ujian Nasional, dan sekitar satu bulan setelahnya hasil ujian pun diumumkan.  Beberapa siswa yang lulus tampak meluapkan kelegaannya dengan beragam cara.  Ada yang sujud syukur, ada yang melaksanakan nazarnya, bahkan ada yang bertukar kenang-kenangan dengan sahabat karibnya.

“Angga!” seru Nay dengan perasaan gembira yang tak terperikan, “Aku lulus!  LULUS!”

“Aku juga!” balas Angga tak kalah gembiranya.

Saat ini mereka hanyalah dua dari jutaan remaja di seluruh Indonesia yang merasakan kegembiraan serupa.  Dengan meninggalkan bangku kelas XII, mereka mengucapkan selamat tinggal pada masa remaja dan bersiap menyambut babak baru dalam kehidupan mereka.

“Nggak sia-sia kamu datang dari jauh!” seru Angga pada Nay, “Kamu malah masuk 10 Besar!”

“Hehe, siapa dulu dong!” ujar Nay bangga.

“Siapa dulu dong pacarnya!” tukas Angga tak mau kalah.

“Ge-er kamu!”

“Biarin dibilang ge-er.  Yang penting kan faktanya!”

Kedua remaja ini tertawa bersama.  Lepas.

“Terus?  Apa rencanamu?” tanya Angga kemudian.

“Yang pasti aku bakal kuliah,” jawab Nay.

“Di sini atau…?”

Nay menggeleng.

“Kemungkinan di Jakarta.”

“Yah,” Angga mengangguk setuju, “Di Jakarta memang banyak kampus bagus.  Rencana mau ambil jurusan apa?”

“Aku?”

“Hm hm,” Angga kembali menganggukkan kepalanya.

“Sejujurnya aku belum tau mau ambil jurusan apa.  Mungkin Komunikasi?  Psikologi?  Aku masih belum pasti,” Nay kemudian menoleh pada Angga, “Kalo kamu?”

“Sepertinya aku mau ambil Pariwisata,” Angga menjawab mantap, “Denger-denger sih kuliah di Pariwisata banyak jalan-jalannya.  Yaa hitung-hitung kuliah sambil jalan-jalan hehehe…”

“Kamu itu!” tukas Nay tertawa, “Niatnya kok mau jalan-jalan...”

“Iyalah,” Angga tak mau kalah, “Rasanya aku nggak sanggup kalo harus belajar di dalam kelas, apalagi kalo harus ke Perpustakaan…”

Usai mengucap kata “Perpustakaan”, Angga teringat Ami – Ketua Klub Perpustakaan – gadis yang pernah disukainya.

“Ami mana?” tanya Angga, “Hebat dia.  Dapet peringkat 4 di 10 Besar.”

“Dia ada di Perpustakaan.  Katanya dia mesti serah-terima sama penggantinya,” jawab Nay.

“Dia tipe pekerja keras ya,” gumam Angga.

“Angga!  Nay!” terdengar satu suara memanggil mereka.

Dari kejauhan tampak Septi dan Putri menghampiri mereka berdua.

“Kenang-kenangan!” seru Putri sambil tangannya menyodorkan sebuah diary, “Tandatangan di sini sama tulis satu kalimat dari kalian.  Diary ini bakal jadi pengingat bahwa aku pernah punya temen-temen seperti kalian di masa SMA.”

“Oh gitu,” Angga membolak-balik halaman demi halaman diary tersebut, “Udah banyak juga ya yang tandatangan.”

Ia kemudian menandatangani diary tersebut dan menuliskan sedikit kalimat kemudian mengangsurkannya pada Nay,

“Nay juga kan?” tanyanya pada kedua sahabat itu.

“Wajib!” timpal Septi, “Nah sekarang kita foto-foto.”

Mereka berempat kemudian berfoto bersama, mengabadikan segala kenangan masa SMA.  Segala kenangan baik suka maupun duka.  Dan pada saat itu entah dari mana asalnya, sayup terdengar lagu “Perahu Kertas” yang dinyanyikan Maudy Ayunda.

“Oke!” Putri tersenyum puas, “Kita masih harus ngejar yang lain terutama Ryan yang dapet peringkat 2 di 10 Besar.  Tu anak kabur-kaburan terus.”

Kedua sahabat itu kemudian memeluk Nay.  Erat.

“Nay, sampai ketemu lagi,” ujar Septi.

“Kita seneng punya temen seperti kamu,” sahut Putri, “Yang rukun ya sama Angga.”

“Semoga awet dan berlanjut,” lanjut Septi.

“Makasih, Septi, Putri,” Nay merasa terharu.  Bagaimanapun juga ini momen terakhir kebersamaan mereka di SMA.  Apakah mereka akan bertemu kembali kelak, tidak ada yang tahu.

Setelah kedua sahabat itu berlalu dari pandangan mereka, Nay menatap Angga lekat-lekat,

“Angga, aku nggak mau kehilangan kamu.  Aku nggak mau pisah dari kamu.”

Gadis itu kemudian menggenggam tangan Angga.

“Kita kuliah bareng yuk,” lanjutnya.

Angga tersenyum.

"Aku setuju.  Kita akan selalu bersama."

"Selamanya?"

"Selamanya."

Mereka berdua berjalan sambil bergandengan tangan.

(Bersambung)

Lulus SMA!  Satu fase dalam kehidupan sudah mereka lalui, namun jalan mereka berdua masih panjang.  Dan satu janji sudah terucap.  Janji untuk selalu bersama.  Jangan lewatkan chapter berikutnya yang kemungkinan besar merupakan chapter terakhir "Ada Cinta" Season I...

“Ada Cinta”, terbit dua kali dalam seminggu, Selasa dan Jumat…

Ada Cinta #27 : Satu Janji Untuk Masa Depan |   Ada Cinta #1 : Siapa Gadis Itu?

Sumber gambar : lolhug.com
Tulisan ini masuk kategori “Fiksi” dan dipublish pertamakali di blog.ryanmintaraga.com, copasing diizinkan dengan mencantumkan URL lengkap posting di atas atau dengan tidak menghapus/mengedit amaran ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun