Ia akhirnya memesan segelas teh tarik sambil menenangkan dirinya, berusaha meredam emosinya. Setengah berlari ia menuju satu meja yang masih kosong di sudut ruangan. Namun malang ia tak melihat satu papan kuning bertuliskan “Hati-hati lantai basah”. Akibatnya ia pun terpeleset, minuman yang dibawanya tumpah membasahi lantai.
Kali ini Rain tak tahan!
Gadis itu menangis terisak-isak.
Ayah! Ibu! Kenapa kalian memberiku nama ‘Rain’?
Seharusnya hujan adalah sahabatku, tapi kenapa aku selalu sial saat hujan?
Aku benci nama ini!
Aku benci nama ‘Rain’!
Rain tak juga bangkit dari lantai, ia tak peduli tatapan iba atau geli dari orang-orang di sekitarnya. Ia tak mempedulikan bisik-bisik dan tawa kecil orang-orang di sekitarnya.
Ia tak peduli semua itu!
“Nona, kamu nggak apa-apa?”
Rain mengangkat wajahnya. Nampak seorang pemuda yang berlutut di hadapannya.