Mohon tunggu...
Ryan M.
Ryan M. Mohon Tunggu... Editor - Video Editor

Video Editor sejak tahun 1994, sedikit menguasai web design dan web programming. Michael Chrichton dan Eiji Yoshikawa adalah penulis favoritnya selain Dedy Suardi. Bukan fotografer meski agak senang memotret. Penganut Teori Relativitas ini memiliki banyak ide dan inspirasi berputar-putar di kepalanya, hanya saja jarang diungkapkan pada siapapun. Professional portfolio : http://youtube.com/user/ryanmintaraga/videos Blog : https://blog.ryanmintaraga.com/

Selanjutnya

Tutup

Edukasi Artikel Utama

Duh! Kenapa Sampai Menghajar Anak?

23 Februari 2015   20:22 Diperbarui: 17 Juni 2015   10:39 729
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14246723761321994378

Sementara saya?

Sejujurnya saya menyerahkan urusan "marah-marah" ini pada istri karena saya sendiri tak melihat ada level kenakalan anak yang perlu dimarahi - kecuali saat si sulung sudah mulai berani membantah ibunya atau jika ia lalai dari tanggung jawab menjaga peralatan sekolahnya.

Itupun saya selalu mewanti-wanti istri saya,

"Boleh marah, boleh mukul, tapi jangan pake emosi."

Menurut saya, sekali-sekali memang anak perlu "dikerasi" seperti dicubit atau bahkan dipukul, tapi tentu saja pukulan yang tidak menimbulkan sakit - apalagi sampai berkali-kali dipukul. Anak adalah makhluk lemah yang dipercayakan Sang Maha pada kita, anak adalah makhluk yang sedang belajar menjalani hidup.

Dalam bahasa kasar saya :

"Anak itu belum ada otaknya, emosinya juga belum stabil. Jangankan mereka, kita yang sudah puluhan tahun hidup aja masih bisa salah kok"

Karena itu, hukuman yang diberikan pada anak jangan didasari oleh kitanya yang sedang capek sehingga marah-marah dan memukul anak yang kita nilai "nakal". Jangan jadikan anak pelampiasan kekesalan kita. Jika ada masalah di kantor, selesaikan di kantor, jangan bawa-bawa ke rumah apalagi sampai dilampiaskan ke anak.

"Saat menghukum anak, hukumlah dia karena kesalahan yang diperbuatnya, bukan karena kita sedang capek dan kesal."

Saya rasa apa yang dulu orang tua saya lakukan itu benar. Jika kami ribut karena suatu benda, maka benda itulah yang harus dibuang sehingga tidak ada yang harus diperebutkan.

Apa bedanya?


Hukuman yang diberikan karena anak melakukan kesalahan adalah hukuman yang harus diterima si anak - tak peduli suasana hati kita saat itu. Bahkan saat suasana hati orang tua sedang senang pun, kita tetap harus memberikan hukuman apabila anak jelas-jelas melanggar aturan tidur siang, misalnya. Dari situ anak akan belajar bahwa tidak ada kesalahan tanpa hukuman.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Edukasi Selengkapnya
Lihat Edukasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun