Mohon tunggu...
Ryan Martin
Ryan Martin Mohon Tunggu... Freelancer - Mahasiswa Kedokteran Gigi

Berbagi Pengalaman, Perasaan, Pemikiran dan Kisah

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Pengalamanku Pilih Kampus: Jalur Tertulis, Surat Motivasi, dan SNMPTN

11 Januari 2021   08:50 Diperbarui: 11 Januari 2021   09:33 519
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi dibuat secara pribadi oleh penulis, Ryan Martin

Hai, perkenalkan saya Ryan. Saya adalah seorang mahasiswa prodi Kedokteran Gigi yang saat ini berkuliah di salah satu universitas negeri di Bandung. Saya telah memasuki semester terakhir dari perkuliahan saya, namun pengalaman saat pilih kampus di awal tahun 2017 masih sangat terkenang dibenak ini. 

Pilih kampus merupakan suatu fase yang menentukan masa depan saya selanjutnya. Fase yang menegangkan menurut saya pribadi. Kebingungan tentunya melanda pikiran ini. Membayangkan apakah saya bisa bertahan dalam duniah kuliah yang saya pilih atau malah saya akan menyesalinya. Suatu pengalaman dilema yang ingin saya bagikan kepada kalian. 

Pagi itu adalah hari Sabtu. Saya bangun pukul 07.27 WIB dan bersiap untuk mencari informasi seputar kampus dengan pendidikan Kedokteran Umum terbaik di Indonesia. Ya, anda benar, saya adalah mantan pejuang FK, layaknya kebanyakan teman-teman FKG lainnya. Saat itu, saya sangat tertarik untuk mendaftarkan diri ke salah satu universitas swasta di Jakarta. Universitas ini memiliki ciri khas berupa jaket almamaternya yang berwarna oranye. 

Kebetulan, universitas ini sedang mengeluarkan jalur pengujian melalui surat motivasi. Setiap sekolah mendapatkan kuota terbatas untuk siswa yang ingin mengikuti jalur ini. Dengan penuh semangat membara, saya bertekad untuk memenangkan jalur ini. Mekanismenya cukup mudah. 

Setiap peserta cukup melampirkan fotocopy rapot dan menuliskan surat motivasi berisikan alasan berkeinginan berkuliah di kampus dan prodi tersebut, kemudian diserahkan kepada guru BP di sekolah masing-masing, untuk selanjutnya diserahkan ke pihak kampus yang bersangkutan. 

Sebelum menulis surat motivasi itu, saya melakukan riset terlebih dahulu mengenai cara menulis surat motivasi yang baik dan benar. Hari itu saya habiskan seluruh untuk membuat surat motivasi yang terbaik versi diri ini. Di akhir hari, saya berhasil menciptakan surat motivasi yang terdiri atas dua halaman bolak balik. 

Pada hari Senin, saya memberikan surat tersebut kepada guru BP. Dengan penuh harapan, saya menunggu email pemberitahuan dari pihak kampus. Satu minggu pun berlalu, dengan tidur yang tidak pernah tenang. Gelisah karena baru saja mengetahui bahwa surat motivasi yang baik, tidak dibuat dalam dua halaman bolak-balik. Harapan saya pun pupus ketika membaca email penolakan dari pihak kampus itu. 

Walaupun sedih, saya tetap harus melanjutkan perjuangan saya. Bersedih tidak akan menyelesaikan masalah. Saya pun berencana untuk mengikuti tes tertulis untuk dapat diterima di FK universitas itu. Namun, mungkin kampus ini memang belum jodoh dengan saya. Saya tidak diterima melalui tes tertulis pula. 

Alasan saya ingin masuk kedalam prodi Kedokteran Umum adalah, karena saya senang dengan pelajarannya, dan saya ingin memperdalam ilmu tersebut. Saya juga berharap dapat mengimplementasikan ilmu itu secara langsung untuk kebermanfaatan masyarakat luas. 

Saya juga sempat membayangkan keseruan bercengkerama dengan para pasien ketika saya telah lulus nanti. Namun, sepertinya saya tidak bakat pada bidang itu. Saya pun mencoba mengikuti beberapa tes bakat di beberapa website. Hasilnya, saya sebenarnya cocok untuk bidang seni, sains dan komunikasi. 

Melalui hasil tes bakat yang tidak saya ketahui kebenarannya tersebut, saya pun mencoba melihat peluang lain yang saya miliki. Dan, akhirnya saya menemukannya, yakni Kedokteran Gigi.  Awalnya saya pikir hal ini tidak begitu berbeda dengan Kedokteran Umum. Toh, sama-sama dokter. 

Maka, saya pun mempersiapkan diri untuk mengikuti tes disalah satu universitas swasta di Jakarta, yang terkenal akan lambang trisulanya. Sebagai informasi, FKG dan FK sangatlah berbeda. Mungkin pada artikel selanjutnya akan saya bagikan pengalaman saya berkuliah di FKG.

Sebelum mendaftarkan diri untuk mengikuti tes tertulis di kampus itu, saya membaca papan pengumuman di sekolah. Pengumuman ini berisikan mengenai Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri atau yang dikenal sebagai SNMPTN. Sebuah jalur masuk PTN yang sangat bergengsi bagi saya pribadi. 

Dengan hanya mendaftarkan diri pada guru BP, serta memberikan fotokopi rapot, anda dapat mengikuti seleksi. Proses penyaringan akan dilaksanakan pertama kali oleh sekolah, berdasarkan nilai rapot. Selanjutnya akan diseleksi kembali oleh pihak kampus negeri yang dituju. 

Kebetulan saat itu, sekolah saya mendapat jatah siswa untuk mendaftar SNMPTN  sebesar 50% dari jumlah murid kelas SMA 3. Setiap sekolah memiliki persentase pendaftaran peserta yang berbeda-beda, tergantung keputusan pemerintah. Saya pun terdorong untuk ikut serta dalam seleksi ini. Saya tidak begitu berharap besar. Seluruh peserta didik di Indonesia akan diseleksi dalam jalur ini. Sungguh persaingan yang ketat. 

Dengan nilai rapot yang pas-pasan, saya hanya dapat mencoba peruntungan. Ya, siapa tahu ada ikan yang dapat saya pancing. Sesaat pulang ke rumah, saya pun langsung mencari informasi seputar kampus negeri dengan prodi Kedokteran Gigi berakreditas A. 

Saya berencana untuk memilih kampus diluar Jakarta, sebab saya ingin mencoba suasana yang baru. Hiruk pikuk kota Jakarta terkadang membuat saya sesak. Saat mendaftarkan diri pada jalur SNMPTN ini, anda diwajibkan memilih dua kampus beserta prodi yang akan anda pilih. Kampus pilihan pertama akan dianggap sebagai kampus yang paling anda inginkan. 

Saya pun akhirnya menentukan dua pilihan kampus saya, yakni pilihan pertama : kampus di kota Bandung ; dan pilihan kedua : kampus terbaik di Indonesia yang terkenal dengan Jakunnya. Bukan jakun yang ada pada laki-laki, ya. 

Jakun yang saya maksud adalah jaket kuning. Prodi yang saya pilih untuk kedua kampus ini adalah Kedokteran Gigi. Saya melakukan ini sebagai bentuk strategi. Saya berharap dengan kedua pilihan ini, saya dapat diterima pada kampus pilihan pertama saya. Semua orang pasti senang disandingkan dengan mereka yang terbaik dikelasnya, bukan? Begitu pikir saya.

Setelah usai mendaftarkan diri untuk SNMPTN, saya pun mencoba untuk mendaftarkan diri mengikuti tes tertulis kampus swasta yang sebelumnya tertunda. Ternyata pendaftaran dari kampus ini telah memasuki gelombang keenam. Konon katanya, semakin besar gelombangnya, semakin sedikit yang diterima. Singkat cerita, saya mengikuti tes tertulis dari kampus itu. 

Pada tes kali ini, saya merasa lebih percaya diri, entah mengapa. Ada cerita menarik sesaat setelah saya menyelesaikan tes tertulis di kampus ini. Sepulang dari tempat pengujian, saya mendapat telepon dari oknum yang mengaku sebagai "orang dalam" dari kampus tersebut. Beliau mengatakan jika ingin lolos dalam pengujian kali ini, saya harus membayarkan sejumlah uang. 

Jika hanya 1o ribu Rupiah, sih, tidak masalah. Oknum ini meminta 100 juta Rupiah?! Dengan tegas, saya pun menolak. "Saya percaya akan kemampuan saya dan tidak perlu bantuan orang dalam". Begitu yang saya katakan pada oknum itu. 

Tiga minggu setelah pengujian, hasil seleksi pun keluar. Saya dinyatakan lulus dan diterima di kampus swasta ini. Tanpa memerlukan bantuan "orang dalam". Disini, saya telah membuktikan bahwa oknum itu adalah seorang penipu. Jadi untuk kalian yang mendapat telepon dari oknum-oknum seperti ini, janganlah dipercaya. Lebih baik uang kalian diinvestasikan atau digunakan untuk DP rumah, dibandingkan diberikan begitu saja pada oknum yang tidak jelas itu. 

Hasil pengumuman SNMPTN pun akan dikeluarkan juga, dengan jarak hari yang tidak berbeda jauh. Setidaknya, hasil memancing saya membuahkan hasil, sehingga untuk pengumuman SNMPTN ini, bila saya tidak diterima, tidak masalah. Itu yang saya pikirkan, hingga hari pengumuman SNMPTN telah tiba. 

Saat itu adalah pukul 12.00 WIB siang hari. Saya menunggu untuk melihat hasil SNMPTN pada pukul 14.00 WIB sembari makan siang. Awalnya saya masih bisa tenang. Tidak begitu memikirkan mengenai SNMPTN ini, sebab saya merasa aman dengan pegangan satu kampus swasta itu.  Jam dinding berdetik dengan cepat, hingga tidak terasa sudah pukul 13.30. 

Rasa panik, takut dan pasrah dengan sepercik musik Symphony No 5 ciptaan Eyang Beethoven, bercampur didalam hati dan pikiran saya. Saya pun berusaha mengalihkan perhatian, dengan mencoba mendaftarkan diri untuk mengikuti Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN), sebab saat itu saya ingin berusaha untuk mendapatkan perguruan tinggi negeri. Tujuannya agar saya dapat menghemat pengeluaran biaya kuliah tentunya. Namun, tetap saja. Perasaan campur aduk itu tetap ada. 

Perasaan itu memuncak ketika jam dinding menunjukkan pukul 13.59. Mungkin inilah perasaan yang dirasakan Jack dan Rose saat kapal Titanic akan menabrak gunung es. Satu menit paling mencekam dalam hidup saya, setidaknya hingga saat ini. Setiap detik membuat keringat dari kening saya meloncat riang menuju meja belajar. Dan, pukul 14.00, Saya pun me-refresh halaman internet saya. Hasilnya, sungguh diluar dugaan. Kotak hijau, bertuliskan "Selamat, Anda dinyatakan lulus SNMPTN 2017", membuat kelenjar adrenal di otak saya bekerja lebih cepat dari sebelumnya. Saya pun meloncat kegirangan.

Untunglah, saya belum membayar uang SPP pada kampus swasta itu. Akhirnya, saya melakukan pengunduran diri dari kampus swasta, dan resmi menjadi mahasiswa universitas negeri di Bandung. Hingga saat ini, pengalaman itu tidak pernah terlupakan. Orang tua saya juga ikut senang mendengarnya. Pengumuman ini tidak hanya disiarkan melalui media online, tetapi juga melalui koran. Orang tua saya masih menyimpan koran itu hingga sekarang. 

Meskipun saya merasa sangat bersyukur, saya pun juga sadar bahwa ini adalah awal dari perjuangan baru. Perjuangan yang hingga saat ini masih terus berlanjut. 

Bagi kalian yang akan mendaftar kuliah, saya ingin berpesan untuk selalu percaya kata hati kalian. Pilih yang kalian sukai, berdasarkan bakat kalian. Jangan karena paksaan orang tua, ataupun hanya gengsi. Setiap prodi pasti memiliki prospek masing-masing dan saya yakin setiap manusia akan bermanfaat jika berusaha. Temukan jati diri kalian, dan berjuanglah. Jika usaha itu gagal, berusaha lagi dan lagi, hingga berhasil. Semangat terus wahai pejuang PTN dan PTS.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun