Mohon tunggu...
Ryan Martin
Ryan Martin Mohon Tunggu... Freelancer - Mahasiswa Kedokteran Gigi

Berbagi Pengalaman, Perasaan, Pemikiran dan Kisah

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Pengalamanku Pilih Kampus: Jalur Tertulis, Surat Motivasi, dan SNMPTN

11 Januari 2021   08:50 Diperbarui: 11 Januari 2021   09:33 519
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi dibuat secara pribadi oleh penulis, Ryan Martin

Maka, saya pun mempersiapkan diri untuk mengikuti tes disalah satu universitas swasta di Jakarta, yang terkenal akan lambang trisulanya. Sebagai informasi, FKG dan FK sangatlah berbeda. Mungkin pada artikel selanjutnya akan saya bagikan pengalaman saya berkuliah di FKG.

Sebelum mendaftarkan diri untuk mengikuti tes tertulis di kampus itu, saya membaca papan pengumuman di sekolah. Pengumuman ini berisikan mengenai Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri atau yang dikenal sebagai SNMPTN. Sebuah jalur masuk PTN yang sangat bergengsi bagi saya pribadi. 

Dengan hanya mendaftarkan diri pada guru BP, serta memberikan fotokopi rapot, anda dapat mengikuti seleksi. Proses penyaringan akan dilaksanakan pertama kali oleh sekolah, berdasarkan nilai rapot. Selanjutnya akan diseleksi kembali oleh pihak kampus negeri yang dituju. 

Kebetulan saat itu, sekolah saya mendapat jatah siswa untuk mendaftar SNMPTN  sebesar 50% dari jumlah murid kelas SMA 3. Setiap sekolah memiliki persentase pendaftaran peserta yang berbeda-beda, tergantung keputusan pemerintah. Saya pun terdorong untuk ikut serta dalam seleksi ini. Saya tidak begitu berharap besar. Seluruh peserta didik di Indonesia akan diseleksi dalam jalur ini. Sungguh persaingan yang ketat. 

Dengan nilai rapot yang pas-pasan, saya hanya dapat mencoba peruntungan. Ya, siapa tahu ada ikan yang dapat saya pancing. Sesaat pulang ke rumah, saya pun langsung mencari informasi seputar kampus negeri dengan prodi Kedokteran Gigi berakreditas A. 

Saya berencana untuk memilih kampus diluar Jakarta, sebab saya ingin mencoba suasana yang baru. Hiruk pikuk kota Jakarta terkadang membuat saya sesak. Saat mendaftarkan diri pada jalur SNMPTN ini, anda diwajibkan memilih dua kampus beserta prodi yang akan anda pilih. Kampus pilihan pertama akan dianggap sebagai kampus yang paling anda inginkan. 

Saya pun akhirnya menentukan dua pilihan kampus saya, yakni pilihan pertama : kampus di kota Bandung ; dan pilihan kedua : kampus terbaik di Indonesia yang terkenal dengan Jakunnya. Bukan jakun yang ada pada laki-laki, ya. 

Jakun yang saya maksud adalah jaket kuning. Prodi yang saya pilih untuk kedua kampus ini adalah Kedokteran Gigi. Saya melakukan ini sebagai bentuk strategi. Saya berharap dengan kedua pilihan ini, saya dapat diterima pada kampus pilihan pertama saya. Semua orang pasti senang disandingkan dengan mereka yang terbaik dikelasnya, bukan? Begitu pikir saya.

Setelah usai mendaftarkan diri untuk SNMPTN, saya pun mencoba untuk mendaftarkan diri mengikuti tes tertulis kampus swasta yang sebelumnya tertunda. Ternyata pendaftaran dari kampus ini telah memasuki gelombang keenam. Konon katanya, semakin besar gelombangnya, semakin sedikit yang diterima. Singkat cerita, saya mengikuti tes tertulis dari kampus itu. 

Pada tes kali ini, saya merasa lebih percaya diri, entah mengapa. Ada cerita menarik sesaat setelah saya menyelesaikan tes tertulis di kampus ini. Sepulang dari tempat pengujian, saya mendapat telepon dari oknum yang mengaku sebagai "orang dalam" dari kampus tersebut. Beliau mengatakan jika ingin lolos dalam pengujian kali ini, saya harus membayarkan sejumlah uang. 

Jika hanya 1o ribu Rupiah, sih, tidak masalah. Oknum ini meminta 100 juta Rupiah?! Dengan tegas, saya pun menolak. "Saya percaya akan kemampuan saya dan tidak perlu bantuan orang dalam". Begitu yang saya katakan pada oknum itu. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun