Mohon tunggu...
Rian Diaz
Rian Diaz Mohon Tunggu... Mahasiswa - Menulis banyak, membaca juga banyak

Pegiat teater dan menulis fiksi, pelajar etnografi dan pemerhati masalah-masalah bangsa

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Isi Komunikasi Politik Indonesia

5 Juli 2023   16:06 Diperbarui: 5 Juli 2023   16:13 237
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar Orang berpidato diambil dari freepik

Perkembangan komunikasi politik dimulai dari penelitian komunikasi massa. Penelitian propaganda dalam ranah massa oleh Harroll Laswell adalah awal mula perkembangan komunikasi politik.

Pemahaman paling sederhana tentang komunikasi politik adalah proses penyampaian dan penerimaan pesan politik. Komunikasi politik sendiri merupakan normative action yang bergerak dalam komponen komunikasi massa yang didefinisikan oleh Harrol Laswell yakni : siapa mengatakan apa, pada siapa, melalui apa dengan efek apa. Dalam situasi inilah komunikasi politik menjadi bingkai yang berkembang bersama wacana publik masa ke masa.

Mengejar eksistensi lewat komunikasi politik

Ada dua hal yang dituju dalam komunikasi politik yakni mengejar esensi dan eksistensi. Esensialisme dalam komunikasi politik adalah bagaimana pesan-pesan penting dapat mengambil tempat dalam wacana publik. Sedangkan eksistensialis menekankan popularitas dari orang yang menyampaikan pesan.

Penggabungan antara dua paradigma ini akan melahirkan tokoh-tokoh komunikasi politik yang tidak lekang oleh  zaman. Sedangkan esensialis yang tidak mampu  eksis akan tenggelam. Eksistensialis tanpa esensi akan berakibat buruk bagi pembangunan. Inilah bagaimana komunikasi politik dikemas sedemikian rupa dalam periodenya.  Propaganda sampai dengan persuasi adalah bentuk komunikasi politik yang bagus dan efektif tergantung pemakaiannya dalam komunikasi massa.

Komunikasi politik hanya dapat berkembang pada negara demokrasi. Melalui ide tentang kebebasan pers, kebebasan berpendapat dan keterbukaan informasi publik yang  kini tersambut baik dalam era media sosial.

Namun demikian  pertanyaan paling menarik adalah apakah Indonesia cocok dengan ide  demokrasi? Karena demokrasi menuntut keberadaan masyarakat madani untuk selalu menjadi lawan dari kapitalisme. Sedangkan negara berkembang masih cukup timpang dalam pendidikan, ekonomi maupun sosial kemasyarakatan.

Salah satu cara melihat keadaan ini adalah dengan memakai ide Antonio Gramsci, tentang Hegemoni. Kedangkalan dalam konsep demokrasi disebabkan oleh kapitalisme yang dengan mudah menguasai ruang publik dan wacana publik. Sedangkan masyarakat madani yang mestinya ada dalam demokrasi  pasif karena kebutuhan ekonomi dan keamanan.

Sehingga yang tersisa dari keadaan ini hanyalah pragmatisme komunikasi dimana komunikasi politik semata demi kebutuhan politis saja. Keadaan ini sangat biasa terjadi di dalam negara dunia ketiga atau negara berkembang yang seringkali menjadi target pasar dan tidak cukup kuat untuk menghalau kepentingan asing.

Setelah kapitalisme menguasai media konvensional, mereka juga berusaha masuk dalam newmedia untuk menguasai ruang itu.  Esensialisme tidak lagi menjadi variabel penting karena eksistensialisme bekerja dengan baik dalam politik citra. 

Sedangkan bagian paling buruk dari narasi ini adalah jumlah masyarakat madani yang seharusnya bertambah karena pendidikan yang makin tinggi, tidak mengambil peran sebagai masyarakat madani. Hal inilah yang terjadi di dalam masyarakat Indonesia sekarang.

 

Anak Muda dan Komika Politik 

Isi narasi publik dalam era newmedia adalah hiruk pikuk kekuasaan, distorsi pesan dan proyek elektabilitas.

Alasan paling dasar dari munculnya para kreator politik newmedia adalah karena televisi tidak mampu lagi memberikan tempat yang baik bagi pelabelan citra. Agenda setting diperlukan untuk memberi pengaruh dan perubahan perlaku politik melalui konten politik. Kreatifitas macam ini hanya dapat dilakukan oleh kaum muda yang melek akan teknologi. 

Karena itu, para politisi demi mengejar popularitas menggaet kaum muda untuk menjadi konsultan komunikasi politik di media sosial.

Akan tetapi kebanyakan agenda setting dalam kampanye politik Indonesia tujuannya semata pada eksistensi mereka bukannya pada tranformasi esensi seperti kritik bangsa dan wacana pembangunan.

Belakangan, demi menggaet swing voters yang adalah orang muda, para komunikator politik berusaha masuk dalam lingkungan mereka dengan mengenakan atribut milenial, olahraga dan aktif di media sosial.

 Komika, sebagai tren komedi baru,  kini mengambil tempat cukup banyak dalam konten-konten politik. Hal ini disinyalir merupakan upaya untuk membuat politik terlihat menyenangkan  “having fun in politic”  setelah politk "being  funny." Suatu suasana yang sebelumnya sangat dihindari dalam persuasi politik era media konvensional.

Isi komunikasi politik yang tidak bisa lepas 

Ada yang tidak bisa lepas dari komunikasi politik Indonesia yaitu narasi identitas dan politik agama. Politisasi identitas ada dalam dua segmen berbeda tergantung ke mana wacana publik akan mengalir dan ketika kejahatan kerah putih  berlangsung. Ini merupakan keadaan yang normal karena arah komunikasi politik masih saja tertuju pada radikalime, ketika kritik terhadap ketimpangan, korupsi dan kejahatan sosial terbuka di publik. Kontra narasi ini akan terlihat ketika beberapa orang jahat memakai isu agama untuk beralih dari sebuah keadaan.

sekian

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun