Rekayasa sosial mempelai lelaki untuk menutupi aib dengan tetap melaksanakan resepsi untuk menyelamatkan muka perempuan, menjadi tidak berguna. Karena perempuan menggunakan posisi sosial "yang lemah" untuk bermain sebagai korban dari pernikahan yang dia hancurkan sendiri.
Upaya menggunakan newmedia sebagai platform kempanye kebebasan perempuan agaknya menjadi cemar karena perempuan sendiri. Simpelnya, masalah ini tidak akan viral dan menjadi konsumsi publik kalau perempuan tidak mengunggah diri sebagai korban.
Jika Roro jonggrang memaksa ayam berkokok untuk menyelamatkan diri dari keperkasaan Bandung Bondowoso, sang wanita malah menggunakan newmedia untuk membongkar aib yang berusaha ditutup oleh lelaki.
Pustaka
Alatas,Salim Dan Vinnawaty Sutanto. “Cyberfeminisme Dan Pemberdayaan Perempuan Melalui Media Baru.” Jurnal Komunikasi Pembangunan Vol.1 No.2 (2019):165.
Miftahul, Putri.” Pelecehan Seksual, Seksisme Dan Pendekatan Bystander.” Psikobuletin: Buletin Ilmiah Psikologi Vol. 2 No. 1, (2021) :61 – 70.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H