Oh, astaga dia menunggu kepulanganku. Seketika aku menyesal tidak segera pulang.Â
Aku buka lagi halaman berikutnya
Arash, malaikat maut semakin mendekat saja. Ibu tiriku terus memaksa aku. Jadi kujawab iya. Aku mau jadi pendonor ginjalnya.Â
Arash, nanti kalau malaikat maut sudah di sisiku, kamu jangan bersedih hati. Ia hanya mengambil nyawaku.
Di hari kematianku nanti, kuizinkan kamu menangis sepuasnya. Tapi kau harus janji, setelah tubuhku dipeluk tanah, kau harus bisa tersenyum lebar.
Aku menangis lagi. Lebih kencang dari sebelumnya. Perempuan yang kukira tak menyukaiku rupanya ia membalas perasaanku. Ya Tuhan. Terlambat sudah.Â
"Aku mencintaimu, kudoakan kau bahagia di sana."
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H