Mohon tunggu...
Rustian Al Ansori
Rustian Al Ansori Mohon Tunggu... Administrasi - Menulis kehidupan, Menghidupkan tulisan

Pernah bekerja di lembaga penyiaran, berdomisili di Sungailiat (Bangka Belitung)

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Ayah Mengajarkanku Puisi

25 Desember 2020   06:06 Diperbarui: 25 Desember 2020   06:07 185
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setelah menyelesaikan rukun dan wajib haji menjelang berangkat menuju Madinah untuk melaksanakan Arbain, ayah jatuh sakit. Beberapa hari kami kehilangan kontak, ayah di kabarkan meninggal dunia. Ia telah menjadi syuhada dan dimakamkan di Syaraya yang ternasuk dalam wilah kota Mekkah.

Guru puisiku telah pergi untuk selamanya. Bukan berarti puisi-puisiku turut mati. Tidak mati, bahkan terus mengalir dari otakku. Telah memenuhi ruang menulisku. Ketika ayah meninggal dunia, tidak lupa puisi untuknya. Begitu pula ketika emak meninggal dunia tahun lalu.

          Emak Telah Pergi

Puisiku terkunci
Ketika emak pergi

Puisiku kaku
Ketika kami tersedu

Puisiku sepi
Ketika emak mencium bumi

Puisiku letih
Ketika kami bersedih

Puisiku pelan
Ketika kami kehilangan

Puisiku sesak
Ketika panjang terisak

Puisiku terpaksa
Ketika kami berduka

Puisiku terbata-bata
Ketika aku kehilangan kata-kata

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun