Mohon tunggu...
Rustian Al Ansori
Rustian Al Ansori Mohon Tunggu... Administrasi - Menulis kehidupan, Menghidupkan tulisan

Pernah bekerja di lembaga penyiaran, berdomisili di Sungailiat (Bangka Belitung)

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Ayah Mengajarkanku Puisi

25 Desember 2020   06:06 Diperbarui: 25 Desember 2020   06:07 185
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pesan itu sangat berharga dan berguna. Terbukti apa yang dipesan ayah kebenarannya seperti yang aku rasakan saat ini.. Tapi memang tidak sekedar pesan dan saran kepada anak-anaknya, ayah juga memberi contoh kepada kami.

Kami melihat ayah sering membaca buku karena itu kami juga turut membaca buku. Ayah juga lihai berorasi ketika ceramah agama. Aku mencoba mengingat ayah dalam puisiku.


        Ayah Mengajarkanku Menulis Puisi

Ayah membuatkan puisi buatku Tentang kelahiranku
Ketika masih duduk di Sekolah Dasar
Setelah aku besar
Aku menulis puisi tentang ayah
Saat kematiannya
Hingga saat ini aku tidak pernah lelah
Tak berhenti berkarya

Puisiku biasa - biasa saja
Tak bagus menulis kata
Aku hanya pakai rasa
Kalau beda selera
Dianggap sederhana
Tidak masalah
Bila dikatakan salah

Sudah tahukan mula aku menulis puisi
Dari ayah yang menginspirasi
Kini ayah telah pergi
Mendahului kami

Tapi aku tak pernah menularkan kepada anak - anakku
Aku pernah menulis puisi untuk mereka
Kesukaanku anakku sudah tahu
Tapi tetap tak suka

Aku tak punya lagi naskah puisi ayahku
Naskah puisiku kuminta disimpankan anak-anakku
Mungkin nanti disukai cucu-cucu
Biar cucu menulis puisi buatku

Sungailiat, 8 September 2018

Ayah sering diundang sebagai penceramah setelah ia menjadi guru madrasah tertua di kota tempat kami tinggal. Pensiun dari pekerjaannya diperusahaan timah ayah menjadi guru biasa hingga menduduki jabatan sebagai kepala madrasah. Ayah telah melengkapi dirinya tidak hanya sebagai buruh juga guru agama. Ayah lebih suka menyebut dirinya sebagai guru agama.
Pengabdiannya sebagai tokoh agama, ayah sempat menjadi penghulu yakni pencatat nikah di desa tempat kami tinggal. Hingga akhirnya ia mundur karena merasa telalu sibuk dengan kewajiban tugas sebagai penghulu dan tidak ingin waktu mengajar di madrasah tersita. Mengajar menjadi panggilan jiwa yang tidak bisa ditinggalkan.

Hingga ayah harus memenuhi panggilan ke Tanah Suci untuk menunaikan ibadah haji. Ayah begitu bersenangat untuk melaksanakan rukun Islam yang ke lima itu. Kendati ia mengeluhkan ada rasa sakit di dalam tubuhnya. Tapi doker menyatakan ia tidak sakit dan dapat diberangkatkan ke Tanah Suci.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun