” Suami saya gantung diri, tolong pak,” Watima seraya menangis sekeras – kerasnya.
Tiga anak Watima sedang tidak ada di rumah hari Sabtu itu. Sedang bersekolah. Watima dan Suaminya pada hari Sabtu tidak bekerja. Libur.
Sebagian besar warga yang berada di komplek perumahan itu berhamburan ke luar rumah, menuju rumah Watima. Suami Watima terlihat tergantung di pintu dapur rumahnya. Tragedi di Sabtu pagi itu, tersebar luas.Tangis Watima keluar sekeras - kerasnya, melihat tubuh suaminya yang tergantung kaku. Tubuh itu dibiarkan tergantung, menunggu kedatangan anggota kepolisian.
Suara sumbang pun keluar dari dari mulut para tetangga.
” Wajar saja suaminya bunuh diri, kalau setiap hari mendapat tekanan,” kata seorang tetangganya, penuh kebencian kepada Watima.
Berbagai spekulasi disampaikan warga komplek perumahan itu. Ada yang mengatakan suaminya terbelit utang. Namun yang paling banyak mengatakan, suaminya dipaksa untuk memenuhi keinginan Watima.
Polisi pun datang, Perlahan menurunkan tubuh suami Watima yang sudah tak bernyawa. Watima terus saja menangis.
” Apa yang terjadi sehingga suami ibu gantung diri? ” tanya seorang anggota polisi.
” Saya menyesal pak, tadi saya minta suami saya meceraikan saya. ”
” Mengapa ibu minta cerai? ”
” Suami saya tidak bisa lagi memberikan kebutuhan batin untuk saya pak,”