"Kami tidak percaya. Jangan mencoba menakuti kami dengan mengaku saudara orang yang mengundang kami. Dengar, kami tidak dapat kau tipu, dan karenanya menyerahlah."
Darah Kembang Arum kini benar-benar mendidih. Karenanya saat laki-laki yang memuakkan itu semakin maju ia sama sekali tidak menghindar.Â
Bahkan gadis itu menyongsongnya selangkah lebih maju. Sikapnya itu benar-benar mengherankan.
"Mungkinkah ia telah berputus asa," pemuda itu mencoba menemukan jawabnya, "aku harus segera berbuat sebelum ada orang lain melihatnya."
Maka pemuda itu menjadi semakin bersemangat. Wajahnya pun menjadi merah karena kemarahannya.
"Masih ada kesempatan," pemuda itu menggeram.
"Sekali lagi, letakkan senjatamu agar kami lebih bisa menghargaimu."
"Justru kalianlah yang harus menyerah, agar aku dapat menangkap kalian."
Sejenak laki-laki itu merasa sangat terhina. Apalagi yang menghinanya hanyalah seorang gadis.
Seandainya bukan seorang perempuan cantik maka dengan satu gerakan saja ia pasti bisa merontokkan giginya. Â
"Kalau memang tidak mau menyerah, maka biarlah aku yang memaksamu."