Agaknya ilmu tombak ini pada tahap awal hanya ingin membuat kebingungan dan sekaligus memecah konsentrasi lawan.
Karena itu dengan kecepatannya pula Setyaki berusaha menggunakan senjata gadanya untuk mematahkan kombinasi tangan kanan kiri lawannya.Â
Mula-mula agak kesulitan namun berkat ketekunannya Satriya Lesanpura ini akhirnya mampu mencapai maksudnya.Â
Dengan demikian tombak Burisrawa yang semula bagaikan berpuluh-puluh jumlahnya kini semakin jelas bentuknya dan semakin mudah pula ditebak gerakannya.
Setyaki yang semula sempat ragu-ragu kini bisa bernafas lega, diam-diam lelaki muda itu merasa bersyukur telah menemukan jalan untuk menghadapi lawannya.
Sebaliknya Patih Sengkuni menjadi berkerut keningnya, sekarang dialah yang mengkhawatirkan keponakannya.
Menyaksikan gerakan tombak Burisrawa yang kian tidak menentu hatinya merasa semakin gelisah.
"Licik sekali kau anak kunthing," teriak Burisrawa.
Satriya berambut gimbal yang semakin dijalari oleh rasa panas di dadanya itu bertempur semakin dahsyat.Â
Dia tidak perduli apakah lawannya sudah mampu mengetahui rahasia permainan tombaknya atau tidak. Yang penting baginya ialah menyerang dan menyerang.Â
Maka iapun menjadi bertambah garang dan menyerang tanpa terkendali.Â