Penasaran sekali hati Raden Palasara, dari sebuah gerumbul yang sepi di seberang sungai yang cukup dalam terdapat seorang wanita sendirian sedang mendayung perahu.
Belum habis keheranan sang Palasara ketika tiba-tiba suara lembut itu menyapanya.
"Selamat pagi tuan, salam dariku si tukang sampan." Sapa gadis itu.
"Oh, ya ya..! Salam juga. Ma'af apakah yang sedang adik kerjakan di tempat yang sepi ini?" Tanya Raden Palasara.
"Aku bekerja sebagai pendayung yang membantu orang-orang yang hendak menyeberang.
Apakah tuan muda hendak menyeberang pula?"
"Ya, ya. Baikkah, aku akan mencari induk burung ini ke seberang sungai sana."
Akhirnya sang Palasarapun naik perahu itu.
Ketika dilihatnya tubuh wanita di depannya banyak ditumbuhi luka dan berbahu tidak sedap, maka lelaki muda itupun bertanya.Â
Menangislah Dewi Lara Amis sambil menceritakan apa yang terjadi terhadap dirinya sampai harus menjadi tukang satang di sungai Yamuna ini.
Alangkah ibanya Raden Palasara menyaksikan penderitaan itu dan iapun bertekad untuk membantu kesembuhan putri Wirata itu.Â
Tiba-tiba anak burung yang ada di tangan Raden Palasara terbang ke tepi sungai untuk menghampiri kedua ayah ibunya.Â
Dan betapa terkejutnya kedua orang muda yang ada di perahu itu saat mengetahui bahwa induk burung itu tidak lain adalah Betara Guru bersama istrinya.
Kini tahulah Raden Palasara bahwa sudah me  njadi lelaku yang ginaris bahwa dirinya diminta untuk membantu kesembuhan Dewi Lara Amis.
Maka tanpa ragu lagi lelaki muda yang gentur bertapa itu segera mempersilahkan sang putri untuk duduk di depannya.
Kedua tangan lelaki sakti itu menempel di punggung Dewi Lara Amis.
Konsentrasinya tercurah pada satu titik tujuan seraya mengucap rapal dan do'a memohon kepada Sang Pencipta.***
(bersambung).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H