Mohon tunggu...
Rusman
Rusman Mohon Tunggu... Guru - Libang Pepadi Kab. Tuban - Pemerhati budaya - Praktisi SambangPramitra
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

"Hidupmu terasa LEBIH INDAH jika kau hiasi dengan BUAH KARYA untuk sesama". Penulis juga aktif sebagai litbang Pepadi Kab. Tuban dan aktivis SambangPramitra.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Rusman: Wayang, Resi Palasara (4)

5 Februari 2019   20:54 Diperbarui: 9 Februari 2019   17:23 63
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

Penasaran sekali hati Raden Palasara, dari sebuah gerumbul yang sepi di seberang sungai yang cukup dalam terdapat seorang wanita sendirian sedang mendayung perahu.

Belum habis keheranan sang Palasara ketika tiba-tiba suara lembut itu menyapanya.

"Selamat pagi tuan, salam dariku si tukang sampan." Sapa gadis itu.

"Oh, ya ya..! Salam juga. Ma'af apakah yang sedang adik kerjakan di tempat yang sepi ini?" Tanya Raden Palasara.

"Aku bekerja sebagai pendayung yang membantu orang-orang yang hendak menyeberang.

Apakah tuan muda hendak menyeberang pula?"

"Ya, ya. Baikkah, aku akan mencari induk burung ini ke seberang sungai sana."

Akhirnya sang Palasarapun naik perahu itu.

Ketika dilihatnya tubuh wanita di depannya banyak ditumbuhi luka dan berbahu tidak sedap, maka lelaki muda itupun bertanya. 

Menangislah Dewi Lara Amis sambil menceritakan apa yang terjadi terhadap dirinya sampai harus menjadi tukang satang di sungai Yamuna ini.

Alangkah ibanya Raden Palasara menyaksikan penderitaan itu dan iapun bertekad untuk membantu kesembuhan putri Wirata itu. 

Tiba-tiba anak burung yang ada di tangan Raden Palasara terbang ke tepi sungai untuk menghampiri kedua ayah ibunya. 

Dan betapa terkejutnya kedua orang muda yang ada di perahu itu saat mengetahui bahwa induk burung itu tidak lain adalah Betara Guru bersama istrinya.

Kini tahulah Raden Palasara bahwa sudah me  njadi lelaku yang ginaris bahwa dirinya diminta untuk membantu kesembuhan Dewi Lara Amis.

Maka tanpa ragu lagi lelaki muda yang gentur bertapa itu segera mempersilahkan sang putri untuk duduk di depannya.

Kedua tangan lelaki sakti itu menempel di punggung Dewi Lara Amis.

Konsentrasinya tercurah pada satu titik tujuan seraya mengucap rapal dan do'a memohon kepada Sang Pencipta.***

(bersambung).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun