Oleh: Rusman
Para ksatria pandhawa semakin bingung melihat matahari kian condong ke barat. Bagaimana tidak, Harjuna telah bersumpah dia akan membunuh diri jika sampai matahari tenggelam belum berhasil membinasakan Jayajatra yang telah membunuh putra kesayangannya dengan cara yang licik dan keji.
Tentu saja Sengkuni yang amat licik tidak menyia-nyiakan kesempatan ini. Diam2 Jayajatra dia sembunyikan di sebuah kamar yang sangat gelap. Setidak-tidaknya sampai matahari tenggelam di ufuk barat kau harus tetap di sini, begitu pesannya.
Sementara itu di pihak lain para Pandhawa semakin gelisah. Puntadewa tidak lagi dapat berdiri, Bima semakin keras raungannya, Nakula Sedewa bahkan mulai menangis. Haruskah Harjuna yang terkenal sakti itu mati hanya karena membunuh diri? Sabdo pandhita pangandikaning ratu, kalo sampai matahari tenggelam dan Jayajatra tetap belum ditemukan sudah pasti ksatria jagonya para dewa itu tidak akan mengingkari sumpahnya.
Sudah pasti senjata pasopatii atau mungkin keris pulanggeni akan dia tancapkan sendiri di tubuhnya. Oh adikku, tidakkah ada cara lain untuk mencegah hal itu? Para ksatria luhur semakin tak berdaya.
Tapi di sini ada Sri Kresna sang penasehat perang pandhawa. Mengapa ratu Dwarawati tidak segera bertindak? Dengan mata merah Bima mendekati Kresna.Â
Tetapi di depan Sri Kresna satriya yang tinggi besar itupun bagaikan terkunci lidahnya. Dia hanya mampu memandang, seolah-olah menanyakan apa yang harus dia lakukan. Sebenarnyalah ratu Dwarawati itupun juga tengah gelisah. Sang penasehat pandhawa itu sedang memutar otak bagaimana menyelamatkan panengah Pandawa itu.
Dengan penuh kekhawstiran Kresna memandang Harjuna yang saat itu sedang berada di puncak sebuah pohon. Satriya yang banyak digandrungi para wanita itu sengaja mencari tempat yang tinggi untuk mencari di mana keberadaan si laknat Jayajatra.Â
Namun sudah hampir seharian dia mondar mandir ke berbagai tempat, berjam jam pula dia menaiki puncak pohon, si pengecut itu tak kunjung terlihat batang hidungnya. Kini sang Harjunapun sudah hampir berputus asa. Sebenarnya bukanlah kematiannya yang akan ia sesalkan, melainkan keinginannya untuk membalaskan kematian si Abimanyu yang belum tercapai itulah yang kini menyiksa dirinya.
Akhirnya dengan suara yang lembut Kresna memanggil adik iparnya itu. Tak ada pilihan lain bagi Harjuna selain segera menuruti panggilan kakandanya, sebab baginya Kresna bukanlah sekedar kakak ipar. Raja berkulit hitam legam ini sekaligus adalah gurunya, penasehatnya atau bahkan penuntun dalam setiap jengkal kakinya.
Dengan langkah yang gontai Harjuna mendekati Kresna. Akan tetapi begitu mendengar bisikan sang guru di telinganya, tiba-tiba api bagaikan berkobar di tubuh Harjuna. Ksatria jagonya para dewa ini segera mencari tempat terlindung untuk bersiap melaksanakan perintah Sri Kresna.