"Duuk !"
Pemuda dari Demak terpental beberapa meter ke belakang. Darah segar nampak keluar dari mulutnya, dan sekejab kemudian wanita cantik itupun telah berada di depannya.
Hampir saja tangan wanita cantik itu meraih pundak Ki Pinunjul, ketika dari kejauhan terdengar suara seorang lelaki melantunkan syair: Pada awalnya terdengar agak satup-sayup, namun semakin lama ternyata semakin keras bahkan bagaikan menggema memenuhi lingkungan hutan kecil itu.
Untuk apa semua itu kau lakukan
Jika hanya ingin merusak kebahagiaan orang lain
Ingatlah bahwa hidup itu sebuah tatanan
Ada yang mengendalikan ialah Sang Maha Pencipta
Untuk apa semua itu kau lakukan
Jika hanya ingin mencari kepuasan tak terbatas
Ketahuilah bahwa hidup dunia ini hanya sementara
Ada yang lebih hakiki ialah kehidupan di akhirat
Ki Pinunjul merasa tidak pangling lagi, bahwa suara itu adalah suara lelaki yang menemuinya di dalam mimpi. Sungguh aneh, begitu mendengar syair itu Prajurit Demak itu segera memejamkan mata, seolah-olah dia merasa ikhlas dan pasrah seandainya harus mati di tangan wanita itu. Dia merasa yakin bahwa hidup atau mati seseorang berada di tangan Allah Swt., semata. Karena itu dia pasrahkan nasibnya di tangan Sang Pencipta.
Sementara itu wanita yang tangannya sudah hampir menyentuh dada Ki Pinunjul itu secara mendadak menghentikan gerakannya. Dia merasakan adanya tenaga gaib yang luar biasa kuatnya melindungi pemuda di hadapannya ini.
"Aiih, Ouh !" wanita itu terpelanting ke belakang. Dadanya terasa amat sesak. Dia menengok ke sekitar tempat itu. Tak satupun dia menemukan orang lain selain pemuda itu.
"Heh, siapa yang berani ikut campur dalam urusanku ?" teriaknya melengking.
Sama sekali tidak ada jawaban. Wanita itu menjadi semakin marah.
"Heh, keluar kamu ! Akan kupelintir batang lehermu !"