Mohon tunggu...
Rusman
Rusman Mohon Tunggu... Guru - Libang Pepadi Kab. Tuban - Pemerhati budaya - Praktisi SambangPramitra
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

"Hidupmu terasa LEBIH INDAH jika kau hiasi dengan BUAH KARYA untuk sesama". Penulis juga aktif sebagai litbang Pepadi Kab. Tuban dan aktivis SambangPramitra.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cerpen | Sang Pelantun Syair

7 Agustus 2018   01:27 Diperbarui: 8 Agustus 2018   20:49 1627
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Duuk !"

Pemuda dari Demak terpental beberapa meter ke belakang. Darah segar nampak keluar dari mulutnya, dan sekejab kemudian wanita cantik itupun telah berada di depannya.

Hampir saja tangan wanita cantik itu meraih pundak Ki Pinunjul, ketika dari kejauhan terdengar suara seorang lelaki melantunkan syair: Pada awalnya terdengar agak satup-sayup, namun semakin lama ternyata semakin keras bahkan bagaikan menggema memenuhi lingkungan hutan kecil itu.

Untuk apa semua itu kau lakukan
Jika hanya ingin merusak kebahagiaan orang lain
Ingatlah bahwa hidup itu sebuah tatanan
Ada yang mengendalikan ialah Sang Maha Pencipta

Untuk apa semua itu kau lakukan
Jika hanya ingin mencari kepuasan tak terbatas
Ketahuilah bahwa hidup dunia ini hanya sementara
Ada yang lebih hakiki ialah kehidupan di akhirat

Ki Pinunjul merasa tidak pangling lagi, bahwa suara itu adalah suara lelaki yang menemuinya di dalam mimpi. Sungguh aneh, begitu mendengar syair itu Prajurit Demak itu segera memejamkan mata, seolah-olah dia merasa ikhlas dan pasrah seandainya harus mati di tangan wanita itu. Dia merasa yakin bahwa hidup atau mati seseorang berada di tangan Allah Swt., semata. Karena itu dia pasrahkan nasibnya di tangan Sang Pencipta.

Sementara itu wanita yang tangannya sudah hampir menyentuh dada Ki Pinunjul itu secara mendadak menghentikan gerakannya. Dia merasakan adanya tenaga gaib yang luar biasa kuatnya melindungi pemuda di hadapannya ini.

"Aiih, Ouh !" wanita itu terpelanting ke belakang. Dadanya terasa amat sesak. Dia menengok ke sekitar tempat itu. Tak satupun dia menemukan orang lain selain pemuda itu.

"Heh, siapa yang berani ikut campur dalam urusanku ?" teriaknya melengking.

Sama sekali tidak ada jawaban. Wanita itu menjadi semakin marah.

"Heh, keluar kamu ! Akan kupelintir batang lehermu !"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun