Mohon tunggu...
Rusnani Anwar
Rusnani Anwar Mohon Tunggu... Administrasi - Communication Strategist

TV - Radio Broadcaster. Menggemari musik, buku dan kamu.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Tepi Sepi

28 Januari 2014   09:17 Diperbarui: 26 November 2015   11:46 111
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Aku bicara soal kesepian, Adam. Bukan menjadi sendirian”

“Loh, beda ya?”

“Tidak apa sendirian, asal tidak kesepian. Aku hanya sedang heran dengan diriku sendiri. Berapa banyak waktu yang kuhabiskan untuk bekerja dan bersenang senang tapi dalam sepersekian detik di antaranya aku masih saja menghela nafas dalam perjalanan pulang dan merasa… sepi”

Adam mengamini ucapan perempuan di depannya. Dian adalah satu satunya perempuan paling sibuk yang ia kenal. Pekerjaannya di media membuat Dian nyaris menghabiskan hari untuk bekerja. Menyusun data, riset dan banyak menulis. Kehidupan sosial yang ia milikipun tidak main main, kawannya sangat banyak dan ia selalu punya waktu untuk memiliki kehidupan sosial. Berkali kali Adam merasa harus mengingatkan Dian untuk tidak terlalu keras pada dirinya sendiri. Dian selalu menjawab ia melakukan semua itu agar kepalanya sibuk dan tidak merasa sepi.

“Aku hanya ingin bertanya ini, Di. Ada apa dengan sepi sehingga ia harus kamu hindari sedemikian rupa?”

Dian terdiam cukup lama, ia lagi lagi menatap jemarinya sendiri. Tapi Adam tau pasti, fokus pikiran perempuan di depannya bukan kelima jemari tangannya namun sesuatu, entah apa, yang membuatnya begitu ketakutan pada rasa sepi.

“Kesepian itu perasaan yang kompleks, Dam. Sepi membuat tidak hanya pikiranmu sakit, namun juga tubuh yang merasa tiba tiba lelah dan sesak pada dada. Rasanya seperti ada yang salah tapi kamu tidak mengerti apa. Sekuat apapun kamu mencoba memikirkan alasannya, menghindarinya, menutupinya dengan kesibukan lain. Seperti kubilang tadi, sepersekian detik dalam perjalanan dari kantor ke rumah, aku merasakannya. Kegamangan yang sangat dan rasanya sesak”

Adam mengenal Dian cukup lama. Dian mulai sering berbicara padanya sejak dua tahun lalu. Sebelumnya Adam mengenal Dian sebagai salah satu teman yang menarik untuk berdiskusi, pekerjaan Dian di media membuat perempuan itu selalu up to date dan menyenangkan untuk diajak bicara. Tapi baru malam ini, di café yang perlahan menyenandungkan lagu lagu Radiohead ini Dian berbicara soal patah hati dan sepi. Dua subjek yang bagi Adam sangat asing untuk diasosiasikan pada sosok Dian yang diketahuinya selalu berbahagia.

Dian selalu bicara dengan bersemangat jika menyangkut pekerjaan. Betapa perempuan itu menyukai pekerjaannya dan banyak menularkan semangat untuk Adam mengerjakan pekerjaan dengan passion dan motivasi berbahagia. Dian juga banyak mengenalkan Adam dengan teman temannya yang selalu memberi review positif atas Dian. Patah hati dan sepi, adalah dua subjek yang sangat asing untuk seorang periang seperti Dian.

“Kamu bilang, kamu sedang patah hati?”

Adam menghirup aroma kopinya

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun