Mohon tunggu...
Rusnani Anwar
Rusnani Anwar Mohon Tunggu... Administrasi - Communication Strategist

TV - Radio Broadcaster. Menggemari musik, buku dan kamu.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Tepi Sepi

28 Januari 2014   09:17 Diperbarui: 26 November 2015   11:46 111
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Ya, mungkin. Pada siapa aku tak tau. Maksudku, aku tidak sedang berpacaran bahkan jatuh cinta pada siapapun. Aku hanya patah hati. Ada rasa seperti kosong, di sini” Dian menunjuk dadanya sendiri. Raut wajah dan tatapannya seperti seseorang yang banyak menangis. Adam semakin bingung

“Bagaimana bisa?”

Dian akhirnya menangis. Dua tiga puluh pagi, café tak ramai. Hanya ada mereka dan sepasang kekasih di seberang ruangan. Adam menyusun kalimat untuk setidaknya menghentikan Dian dari tangisannya

“Gini, Di. Konon pada kedalaman sunyi kita akan bisa mendengarkan diri kita sendiri. Pada perjalanan sepi, manusia akan mengerti tujuan mereka. Coba bicara pada diri kamu sendiri, Di, soal apa yang kamu mau sebab cuma kamu yang bisa menjawab itu. Mungkin Tuhan, memberimu rasa kesepian agar kamu punya waktu untuk memikirkan dirimu sendiri. Berbaik sangka saja. Aku tidak tau apa yang terjadi padamu di masa lalu hingga kamu sedemikian rupa menghindari rasa sepi. Tapi cobalah untuk berbaikan dan berteman dengan kesepian.”

Dian mengangguk pelan, mengusap airmatanya. Perempuan itu menghabiskan kopinya dan pamit pulang.

Adam tidak sempat melihat, Dian menghela nafas dan menekan dadanya dalam perjalanan pulang.

***

Seminggu sejak pertemuannya dengan Dian di café itu dan Adam tidak berhasil menghubungi perempuan itu. Merupakan hal biasa baginya berbulan bulan lost contact dari Dian namun kali ini, entah mengapa, Adam khawatir padanya sejak apa yang mereka bicarakan minggu lalu.

Berbekal alamat dari kantor Dian Adam berhasil menemukan rumahnya. Ibu Dian menyambutnya di pekarangan rumah. Beliau bercerita tentang Dian yang tiba tiba mengambil cuti dan pamit untuk pergi ke luar kota.

“Enam tahun dia bekerja di situ tapi tidak pernah libur, pas lebaran juga bekerja. Ibu kira memang sudah saatnya dia ambil cuti. Sebulan katanya, mau ke luar kota. Ibu malah seneng liat dia mau libur, tumben”

Urung Adam mengungkit soal pertanyaan Dian di café pekan silam

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun