Sialnya, hari ini ia lupa untuk tidak menatap cermin.
“Jadi sudah berapa lama?”
Dihelanya nafas, mengingat ingat kapan terakhir ia dan kepalanya bicara. Ah ya, tepat saat lelaki itu menolak cintanya untuk alasan yang ia sendiri tidak ketahui hingga sekarang.
“Dua tahun, mungkin. Tidak banyak yang terjadi kok, makanya aku tidak menyapa. Pekerjaan berjalan dengan baik, hubungan pada teman teman lancar, orangtua sehat dan..”
“Dia?” kepalanya memotong ucapannya sendiri
“Sudahlah, aku tidak ingin membahas tentangnya”
Ia tersenyum sendiri
“Loh, bukannya itu tujuan dari semua pembicaraan ini?”
Ditumpuknya dua bantal hingga kini ia setengah duduk. Sebuah amplop diambilnya dari atas meja kecil.
“Dia mengirimiku ini. Undangan pernikahan”
Kepalanya diam. Detak jam membuatnya menoleh untuk memastikan waktu. Satu lewat sebelas siang.