10 Â Â Â tahun kemudian.
"Tit... tit... tit..."
Seorang lelaki setengah baya sedang mengendarai sepeda motor , dan sesekali menyapa orang orang yang dilewatinya. Melewati lalu lalang yang menyesak. Perlahan namun pasti, ia terlihat lebih bersemangat dan tanguh.
Ia mengajar di sebuah sekolah menengah kejuruan  dijalan yang menuju ke sekolah . Setibanya disekolah, ia langsung di kerumuni para muridnya, di salami, dan di tuntun ke kelas bak seorang raja dari mesir.
"Pak ader ,mari kami bawakan tasnya" ucap seorang anak.
Yah, inilah aku. ader , yang mengabdikan hidupku untuk menjadi seorang guru. Mencontoh dan meneladani sikap seorang guru yang dulu sangat ku idolakan. Saat kepergiannya beberapa tahun silam, aku berjanji pada diriku sendiri, agar aku juga akan sepertinya.
Karena itulah saat ini, aku menjadi seorang guru. Karena menjadi seorang guru bukanlah pilihan yang terakhir, bukan pula karena takdir, tapi karena pilihan hati dan niat.
Karena niat adalah sebuah kunci kesuksesan. Sehebat apapun seorang jendral, ia pasti belajar pada guru, sehebat apapun seorang pilot, ia tetap belajar pada guru, dan sehebat apapun seorang ilmuwan, ia juga tetap belajar pada guru. Karena seseorang itu, tidak akan pernah menjadi hebat, tanpa bantuan dan ajaran seorang guru.
Seperti yang pernah ia pesankan dulu padaku,,,
"Jadilah sebagai orang yang memberi, bukan yang diberi"
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H