Sejujurnya dalam hidupku, aku tak ingin melanjutkan pendidikanku di sekolah SMA Â ini. Namun, karena adanya Bu Watiu, sehingga membuatku menjadi berubah pikiran. Bagiku ia adalah motivasi besar dalam hidup ini.
Sayangnya untuk saat ini, Bu Wati tak pernah sekalipun menginjak kelasku. Karena ia hanya mengajar di kelas 1 dan 2 . Walau sedih, tapi aku tetap bertahan. Dan aku tak pernah bosan, untuk selalu menunggu waktu dimana aku dapat belajar dan berhadapan langsung dengannya.
"ader"
"Saya bu "
Aku langsung tersentak kaget dan mengacungkan tangan, ketika namaku disebut oleh ibu Warni. Saat pelajaran matematika.
"Tolong kamu antarkan berkas ini ke ruang guru, dan letakkan saja di atas meja saya". Ucap bu Warni memerintah.
"Baik bu..." jawabku, dan bangkit dari kursi menuju meja bu Warni.
"Berat juga..." batinku.
Saat memasuki ruang guru, aku benar benar terperangah. Hingga mulutku berbentukkan "O". karena selama ini orang yang aku idolakan, tengah berada di hadapanku.
"Mengapa hanya berdiri disitu? Masuklah!"
Suaranya yang halus, namun tegas dan berwibawa membuatku terkesima, begitu juga gayanya yang khas dengan pensil  di tangan. Benar benar gaya Bu Wati.