Di era modern seperti sekarang, teknologi telah menjadi bagian penting dalam kehidupan sehari-hari. Meski begitu, tidak semua orang familiar dengan teknologi atau dapat memanfaatkannya secara optimal.Â
Fenomena yang dikenal dengan istilah digital gap atau kesenjangan digital ini masih menjadi masalah besar, terutama di negara-negara berkembang seperti Indonesia.Â
Apa itu Digital Gap?
Digital gap secara sederhana mengacu pada perbedaan antara individu yang memiliki akses terhadap teknologi dan literasi digital dengan mereka yang tidak. Ini bukan hanya soal memiliki perangkat teknologi seperti gawai atau komputer, tetapi juga menyangkut kemampuan memahami dan menggunakan teknologi secara tepat dan efektif.
Kesenjangan digital ini disebabkan oleh berbagai faktor. Salah satunya adalah lokasi geografis. Orang-orang yang tinggal di daerah pedalaman atau pedesaan sering kali tidak memiliki akses terhadap jaringan internet yang memadai. Infrastruktur teknologi di wilayah-wilayah tersebut tertinggal jauh dibandingkan dengan di perkotaan.Â
Selain itu, faktor ekonomi juga memiliki peran penting. Tidak semua orang mampu membeli perangkat teknologi canggih atau membayar biaya internet yang semakin mahal. Hal ini menciptakan ketimpangan yang signifikan dalam masyarakat.Â
Faktor lain yang tak kalah penting adalah rendahnya literasi digital. Meski teknologi semakin meluas, pemahaman masyarakat tentang cara menggunakannya secara bijak dan aman masih minim. Pendidikan formal sering kali belum cukup memberikan bekal literasi digital, sehingga banyak orang tidak menyadari risiko dunia digital.
Bisa Akses Tekologi, Belum Tentu Literasi Digitalnya BaikÂ
Digital gap tidak hanya dialami oleh mereka yang tidak memiliki akses teknologi, tetapi juga oleh individu yang memiliki akses tetapi rendah literasi digitalnya. Orang-orang seperti ini sering menjadi korban dari berbagai bentuk kejahatan digital. Misalnya, banyak kasus penipuan online yang terjadi karena kurangnya pemahaman tentang keamanan digital.Â
Mereka mudah terjebak dalam modus-modus penipuan seperti phishing atau penipuan belanja online. Selain itu, rendahnya literasi digital juga menjadi penyebab utama penyebaran berita hoaks. Orang-orang yang tidak terbiasa melakukan pengecekan fakta cenderung mudah percaya dan bahkan turut menyebarkan berita palsu.
Kesenjangan digital tidak hanya berpengaruh pada individu, tetapi juga pada masyarakat secara umum. Di bidang pendidikan, misalnya, anak-anak di daerah pedesaan sering kali tidak dapat mengikuti pembelajaran online dengan baik karena keterbatasan akses internet.Â
Padahal, pendidikan berbasis digital telah menjadi hal yang krusial, terutama setelah pandemi COVID-19 yang mempercepat digitalisasi di sektor ini. Ketidakseimbangan ini menciptakan jurang yang lebih dalam antara siswa di perkotaan yang memiliki akses teknologi memadai dan mereka yang tinggal di daerah terpencil.
Di dunia kerja, dampak kesenjangan digital juga sangat terasa. Banyak pekerjaan saat ini yang membutuhkan kemampuan menggunakan teknologi, baik untuk komunikasi, pengelolaan data, maupun otomasi proses kerja.Â
Individu yang tidak memiliki literasi digital yang memadai akan sulit bersaing, bahkan untuk pekerjaan yang sebelumnya dianggap sederhana. Hal ini juga dapat memperburuk ketimpangan ekonomi karena hanya kelompok tertentu yang mampu memanfaatkan peluang yang ada di era digital ini.
Selain itu, kesenjangan digital juga memperkuat ketidakadilan sosial. Teknologi yang seharusnya menjadi alat untuk meningkatkan kesejahteraan justru bisa menjadi sumber eksklusi bagi mereka yang tidak memiliki akses.Â
Masyarakat pedesaan, lansia, atau kelompok marginal lainnya menjadi semakin tertinggal, tidak hanya dalam hal teknologi tetapi juga dalam hal peluang ekonomi, pendidikan, dan informasi yang lebih luas.
Apa Sih Solusi Bagi Permasalahan Digital Gap?
Untuk mengatasi digital gap, diperlukan kerja sama dari berbagai pihak. Pemerintah memiliki peran besar dalam memastikan pemerataan infrastruktur teknologi hingga ke wilayah terpencil.Â
Investasi dalam pembangunan jaringan internet di daerah-daerah pedalaman harus menjadi prioritas. Selain itu, program literasi digital harus lebih sering diadakan, terutama untuk kelompok rentan seperti masyarakat pedesaan, lansia, dan siswa sekolah.Â
Program-program ini tidak hanya mengajarkan cara menggunakan perangkat teknologi tetapi juga memberikan pemahaman tentang keamanan digital, penyaringan informasi, dan cara memanfaatkan teknologi untuk mendukung kehidupan sehari-hari.
Perusahaan teknologi juga memiliki tanggung jawab untuk menciptakan perangkat yang lebih terjangkau namun tetap berkualitas. Dengan cara ini, teknologi dapat diakses oleh lebih banyak orang tanpa terkendala biaya.Â
Sementara itu, institusi pendidikan dapat berperan dengan memasukkan literasi digital sebagai bagian dari kurikulum, sehingga generasi muda memiliki bekal yang cukup untuk menghadapi tantangan dunia digital.
Digital gap adalah tantangan besar yang memerlukan perhatian serius dari berbagai pihak. Teknologi seharusnya menjadi alat yang mempermudah hidup manusia, bukan menciptakan jurang yang semakin dalam di masyarakat. Dengan akses yang merata dan literasi digital yang meningkat, semua orang dapat merasakan manfaat teknologi secara adil dan bijaksana.Â
Selain itu, mempersempit kesenjangan digital juga berarti menciptakan peluang yang lebih setara bagi semua individu, tidak peduli di mana mereka tinggal atau apa latar belakang sosial ekonominya. Dengan upaya yang konsisten, digital gap dapat diatasi sehingga teknologi benar-benar menjadi alat pemersatu dan bukan pemisah.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI