Mohon tunggu...
Rushans Novaly
Rushans Novaly Mohon Tunggu... Administrasi - Seorang Relawan yang terus menata diri untuk lebih baik

Terus Belajar Memahami Kehidupan Sila berkunjung di @NovalyRushan

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Buku untuk Indonesia: Sebuah Lengan untuk Membangun Budaya Baca

18 Maret 2017   07:53 Diperbarui: 18 Maret 2017   18:00 347
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Narasumber ketiga, Prof Dadang Sunendar yang menjabat sebagai Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kemendikbud, Pria yang sebelumnya  adalah wakil rektor  UPI ini menjelaskan tentang Gerakan Nasional Literasi.

Prof Dadang Sunendar memang meng-amini  rendahnya penulisan buku di Indonesia terutama buku berbasis sastra. Masyarakat Indonesia memiliki kelemahan dalam membaca tulisan dengan teks panjang. Hal ini mempengaruhi  serapan informasi, karena yang didapat baru sebatas informasi permukaan. Proses  Deep Thinking  seringkali tak terjadi. Bias informasi membuat pola pikir masyarakat  salah dalam menilai suatu hal yang terjadi.

Giliran narasumber keempat, Lucia Ratih Kusumadewi yang merupakan dosen fakultas sosiologi UI, memberikan pandangannya. Secara budaya sejak masalalu, masyarakat Indonesia  adalah masyarakat komunal dengan budaya lisan. Budaya menulis hanya terdapat pada kalangan tertentu saja, seperti kaum ningrat atau kaum sastrawan. Maka secara akar budaya, Indonesia lebih menyukai hal yang bersifat verbal.

Namun begiru , Lucia menyarankan untuk memperbaiki pola pembelajaran yang selama ini dipraktekkan. Seperti budaya belajar satu arah, dimana murid hanya menjadi obyek pendidikan seperti gelas yang dituangi air.

Hal ini berpengaruh pada  karakter saat dewasa, dimana kurang mampu  memproduksi ilmu pengetahuan. Lebih senang menerima dan menyerap ilmu dari pihak luar. Padahal proses berpikir seharusnya membuat orang mampu membuat sebuah gagasan yang dapat dituliskan dalam narasi yang baik.

Pola pendidikan saat ini juga membuat  generasi muda  terjebak dalam budaya instan. Adanya internet , membuat semua orang merasa cukup dengan hanya membaca sumber informasi dari dunia maya. Peran mesin pencari seperti google membuat generasi muda malas untuk menyerap ilmu secara mendalam dari sebuah buku. Alhasil ilmu yang didapat hanya kulit luarnya saja. hal ini yang disebut service learning.

Pemanfaatan e-book juga tergolong sangat rendah. Dari data yang didapat , orang yang mengakses e-book tak sampai 5 persen dari total pengguna internet.

Narasumber terakshir, yang menurut Yuswohadi sebagai gong adalah Andy F Noya. Pria yang akrab dengan dunia media  dan terkenal karena menjadi presenter acara “Kick Andy” ini menuturkan kisah hidupnya. Perkenalannya dengan buku, peran gurunya yang memberikan motivasi hingga arti buku bagi seorang Andi F Noya.

Sebagai duta baca, andi melihat langsung apa yang terjadi didaerah. Sulitnya menemukan buku. Sulitnya  mencari  perpustakaan di pelosok daerah. Buku menjadi hal mewah untuk kalangan miskin yang ada dipelosok . Padahal, minat baca anak anak daerah cukup tinggi. Anak anak daerah yang haus akan buku sering kali membentur tembok. Sekolah tidak memiliki fasilitas perpustakaan, kalaupun ada koleksi bukunya hanya didominasi buku teks pelajaran.

Maka Andi F Noya menyambut dengan baik , gagasan BCA untuk membuka program sosial “Buku untuk Indonesia”. Sebuah program mulia agar anak anak generasi penerus mudah mendapatkan berbagai macam buku yang berkualitas. Tentu , program ini melibatkan masyarakat untuk ikut berpartisipasi.

Menjelang siang, Program “Buku untuk Indonesia” resmi di launching Presiden Direktur BCA, Jahja Setiaatmadja. Program nasional ini akan menjadi lengan untuk membangun minat baca anak anak Indonesia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun