Indonesia digambarkan masih sangat tergantung dengan ekspor komoditas. Dengan sumbangan angka ekspor 79,9% Â menjadikan Indonesia , Â negara yang sangat dipengaruhi oleh nilai komoditas. Jadi bila harga komoditas sedang naik maka pertumbuhan ekspor akan positif namun sebaliknya bila angka komoditas sedang melorot maka bisa dipastikan angka ekspor Indonesia akan tergerus.
Ekspor  manufaktur dan jasa yang di milki Indonesia hanya berkisar pada angka 8,6 % dan 11,8. Sangat kecil dibanding negara negara ASEAN lainya. Tentu hal ini menjadi tantangan tersendiri, agar Indonesia bisa menjadi negara industri yang tidak hanya mengekspor raw material namun bisa mengolahnya menjadi barang jadi.
Anggawira menjelaskan secara gambang keadaan ekonomi makro dan pengaruhnya terhadap iklim investasi. Â Pertumbuhan yang tinggi harus punya kolerasi sebanding dengan pertumbuhan pengusaha. Setiap kenaikan 1 digit pertumbuhan harus menggerakkan kenaikan jumlah pengusaha baru. Selain tentu akan mengerek jumlah tenaga kerja terserap yang angkanya rata rata 400 ribu tenaga kerja baru.
Sebagai pengurus HIPMI , Anggawira juga mengingatkan generasi muda untuk terjun menjadi entrepreneur dan tidak menggantungkan menjadi pegawai atau karyawan. Sebuah ajakan yang patut diapresiasi.
Menurut Anggawira, ada lima potensi bisnis maritim  yang menggeliat. Bisnis Perikanan, pariwisata bahari, industri Biofarmasetika , energi terbarukan dan transportasi maritim. Nilai yang terbesar ada di bisnis Industri Biofarmasetika dengan nilai US$ 330 milyar/tahun. Untuk bisnis perikanan saja nilainya mencapai US$ 47 milyar/tahun. Sangat menjanjikan, apalagi pemerintah sedang giat giatnya membangun Indonesia sebagai negara maritim dunia. Ingat, 70 persen wilayah Indonesia adalah laut. Potensi laut masih terbuka lebar.
Di sektor transportasi laut dan pariwisata maritim saat ini belum tergarap secara optimal . Tol laut yang digagas Presiden Jokowi masih membutuhkan ratusan kapal  ferry dan kapal angkut antar pulau.
Sejatinya, kedaulatan Indonesia sebagian besar ada di laut. Tak salah bila tindakan tegas dilakukan bagi kapal kapal asing yang mencuri kekayaan alam di laut Indonesia. Namun tindakan tegas juga harus dibarengi dengan pemberdayaan nelayan. Menyediakan akses pasar dan memastikan industri pengolahan hasil laut bisa bersinergi dengan para nelayan tradisionil.
Sebagai negara maritim dengan panjang pantai nomor dua di dunia, Indonesia seharusnya mendapat berkah dan kekayaan yang melimpah ruah.
Berbeda dengan Anggawira yang merupakan pelaku usaha. Doddy Ariefianto merupakan regulator mewakili pihak pemerintah. Dalam pemaparannya, pria yang pernah berkarir di Bank Mandiri ini lebih menyoroti efek dari kemenangan Donald Trump bagi perekonomian dunia.