Bila perlu, pemerintah melalui kementrian pertanian menyiapkan sebuah program khusus bagi LKMA yang berkembang untuk terus diberdayakan. Seperti amanat dari Nawa Cita dan Trisakti, dimana para petani dan nelayan merupakan kelompok masyarakat yang harus mendapatkan perhatian serius.
Jangan sampai berhentinya program PUAP , berakhir pula program pemberdayaan petani. Perlu dilakukan evaluasi secara menyeluruh dari kekurangan program PUAP dan menyempurnakan pada program pemerintah lainnya.
Lalu Bagaimana Nasib Para Pendamping ?
Memang tak dapat dipungkiri berakhirnya program PUAP akan pula menghentikan kontrak kerja para pendamping. Para pendamping yang bertugas (dikontrak selama 8 bulan setiap tahun anggaran) akan kehilangan pekerjaan.
Jumlahnya memang tak besar, tapi para pendamping ini telah berjuang. Mendampingi para petani, mendorong para pengurus gapoktan, poktan untuk tetap bersemangat mengembangkan agribisnis. Membangun LKMA , menginisiasi terbentuknya wadah ekonomi mikro didesa desa.
Walau pekerjaan pendampingan juga tidaklah sempurna, masih ada banyak kelemahan yang dilakukan pendamping dalam membina. Entah karena jarak tugas atau karena kendala teknis lainnya. Pendamping program PUAP kadang juga berbuat kekeliruan, melakukan kesalahan baik secara sadar maupun tak sadar.
Namun sebagai manusia, tugas negara ini telah dituntaskan dengan segala daya upaya yang ada. Memenuhi tugas membina dan melakukan pelaporan administratif. Tugas ini akan berakhir pada Agustus 2016.
Maka cerita tentang mendampingi dan membina petani untuk pengembangan agribisnis akan segera berakhir menjadi kenang kenangan yang indah. Kelak cerita berkeliling desa, mengunjungi rumah rumah pengurus gapoktan/poktan akan jadi cerita yang ada dalam memori.
Pendamping yang bernama penyelia mitra tani (PMT) akan segera angkat kaki dari rumah rumah sederhana petani yang dikunjunginya. Sebuah pengabdian seharusnya tak berakhir hanya karena kontrak kerja diputuskan. PMT sejati akan tetap punya empati dan peduli dengan petani, walau tak adalagi honor dan bop. Paling tidak jalinan silaturahim akan tetap dijaga. Semoga saja ....
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H