Dilantai atas juga terdapat satu musholla (praying room), Toilet dan satu dua unit lift. Sama seperti di stasiun Maja . dari lantai dua terdapat jendela kaca yang dapat melihat kearah utara, timur dan barat. Sedang sisi selatan tertutup dinding yang juga dibuat dengan konstruksi miring tigapuluh derajat.
Melihat koridor yang dibangun,seharusnya  pergerakan lalu lintas manusia tidak akan mengalami kendala, karena lebar koridor cukup luas.  Hanya sama dengan stasiun Maja, tangga menuju peron terlihat kecil karena mengikuti lebar peron. Bila terjadi bubaran kereta yang jumlahnya bisa ratusan orang , saya membayangkan akan terjadi perlambatan pergerakan yang  bisa mengganggu.
Selain itu , titik yang harus diwaspadai adalah antrian tapping keluar yang kadang terhambat. Begitu pengguna kereta naik ke lantai dua lalu men-tapping kartu akan terjadi antrian yang harus diatur dengan baik. Karena luasan lantai dua yang terbatas bisa menjadi titik  perlambatan pergerakan kedua. Karena menurut pengamatan saya, pengguna kereta sangat tidak sabaran ketika ingin kembali ke rumah masing masing.
Yang unik di stasiun Parung panjang adanya ‘hall’ di lantai dasar. Hall ini adalah bekas stasiun lama yang malah terlihat fungsional bila digunakan untuk tenant . Sayang bila DJKA atau operator PT KAI DAOP I  tidak memanfaatkan ‘hall’ yang ada. Bisa jadi hall ini malah digunakan fihak lain untuk dijadikan tempat berdagang  tanpa izin.
Saran saya, hall ini bisa digunakan untuk pemberdayaan ekonomi kelompok UMKM agar bisa difasilitasi menjual produknya. Pemberdayaan ini bisa melibatkan pihak Pemda baik kecamatan maupun pihak kelurahan.
Sayangnya, sekeliling stasiun Parung Panjang nampak kurang kondusif karena langsung berbatasan dengan pasar tradisional, jalan penghubungnya terlihat rusak parah. Kemacetan nampak mudah sekali terjadi karena banyak antrian angkot yang parkir di badan jalan. Maka, perlu dibuat sebuah terminal khusus untuk angkot dan minibus. Sebagai interkoneksi antar moda darat lainnya.
Setelah melihat fasilitas stasiun Parung Panjang , kami melanjutkan dengan acara makan siang bersama di sebuah restauran masakan Padang disekitaran stasiun. Udara terik, jalan berdebu dan hiruk pikuk lalu lintas malah  menambah nafsu makan kami. Semuanya lahap menghabiskan makanan yang dipilih. Sikat habis.
Selesai makan siang, kami kembali ke stasiun Parung Panjang  untuk bersiap melanjutkan tujuan terakhir stasiun Kebayoran. Kami pun segera bersiap di peron . Menunggu KRL yang akan membawa kami ke arah timur, KRL yang kami naiki juga tidak terlalu padat sehingga kami bisa duduk sejenak melepas penat.