Mohon tunggu...
Rushans Novaly
Rushans Novaly Mohon Tunggu... Administrasi - Seorang Relawan yang terus menata diri untuk lebih baik

Terus Belajar Memahami Kehidupan Sila berkunjung di @NovalyRushan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Jangan Anggap Remeh Perlawanan Petani

6 Maret 2016   07:18 Diperbarui: 6 Maret 2016   08:08 152
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Petani memang memerlukan tanah sebagai lahan bertani. Kasus perebutan dan sengketa tanah antar petani dan perusahaan perkebunan swasta juga kadang masih terdengar hingga saat ini. Peristiwa Lampung yang terjadi beberapa tahun silam juga karena sengketa tanah pertanian.

Di Kabupaten Tangerang sendiri, lahan pertanian sudah banyak beralih kepemilikan. Petani sudah banyak yang tak memiliki tanah dan hanya menjadi petani penggarap dengan upah harian. Tentu jangan berharap sejahtera dari petani penggarap, bisa bertahan hidup dan memenuhi kehidupan sehari hari saja sudah sebuah prestasi.

Penyempitan lahan pertanian adalah hal serius di Pulau Jawa. Terutama di wilayah penyangga ibukota Jakarta seperti Tangerang, Depok , Bekasi dan Bogor. Pertumbuhan wilayah hunian dan wilayah industri begitu cepat. Alih fungsi lahan pertanian harus disikapi dengan bijak. Tata kelola ruang harus dibuat dengan pertimbangan yang profesional.

Jangan sampai ada kekecewaan dan timbul masalah karena petani harus tetap dapat bekerja memproduksi hasil tani demi keamanan pangan nasional. Jangan sampai sebagai negara yang katanya negara agraris malah sibuk mengimpor berbagai jenis bahan makanan dari negara lain.

Ingat, MEA sudah berlaku. Jangan sampai petani dari Thailand atau RRC yang membuka pertanian dan perkebunan di negara ini. Lalu kejadian dua abad yang lalu kembali terulang. Petani yang tidak memiliki tanah dan hanya sebagai penggarap dari tanah tuan tanah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun