Mohon tunggu...
Rushans Novaly
Rushans Novaly Mohon Tunggu... Administrasi - Seorang Relawan yang terus menata diri untuk lebih baik

Terus Belajar Memahami Kehidupan Sila berkunjung di @NovalyRushan

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Artikel Utama

Siapa yang Memilih Sekolah dan Profesi, Orangtua atau Anak?

26 Februari 2016   08:37 Diperbarui: 26 Februari 2016   11:29 497
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Anak sulung saya memilih profesi sebagai ekonom. Saat ini anak sulung saya duduk dibangku SMP kelas tiga . Saya juga sudah menjelaskan ranah pekerjaan seorang ekonom. Pekerjaan apa yang bisa dilakukan seorang ekonom. Tentu saya menjelaskan apa yang harus disiapkan. Mata pelajaran apa yang harus dikuasai dengan baik. Termasuk meraih nilai maksimal untuk memudahkan masuk ke jenjang SMA.

Saya menggambarkan alur yang harus dilalui anak untuk meraih profesi pilihannya. Dengan menggambarkan alur , anak akan mengerti proses meraih profesi . Tahapan tersebut sudah harus disiapkan sejak anak duduk dibangku SD.

Profesi atau cita-cita bukanlah hal yang mengawang awang. Ketika anak sudah memiliki pilihan profesi maka saya sebagai orangtua akan terus mengingatkan profesinya kelak. Kalaupun ada perubahan saya akan mengikuti pilihan profesi barunya. Anak bungsu saya dulunya ingin menjadi guru lalu berubah ingin menjadi polwan. Saya tak pernah mempengaruhi pilihan profesinya. Semuanya mengalir seperti apa yang dipilikirkan anak saja.

Setelah alur meraih profesi dibuat, saya dan anak lalu menetapkan pilihan sekolah yang cocok untuk meraih profesi tersebut. Anak punya pilihan penuh untuk memilih sekolah . Saya hanya memberikan pilihan pilihan yang bisa diambil.

Dari jauh hari anak sudah dapat membayangkan profesi yang ia pilih.Tentu saya melakukan ini dengan suasana yang menyenangkan. Tanpa tekanan dengan target yang mengekang. Jangan sampai anak menjadi tertekan oleh pilihannya seperti punya hutang untuk di lunasi .

Untuk memilih sekolah saya hanya memberikan masukan dan pandangan. Maka saya akan mengajak anak berkeliling melihat secara langsung dan bertanya kepada pihak sekolah dan beberapa murid . Harapannya anak lebih yakin dimana ia akan bersekolah. Lakukan ini satu tahun sebelum anak lulus. Minimal enam bulan sebelum anak akan menentukan pilihan. Ingat yang akan merasakan langsung adalah anak bukan orangtuanya. Jadi jangan pernah karena alasan gengsi atau alasan yang tidak meyakinkan orangtua memaksa anak untuk bersekolah disebuah tempat yang tidak disenangi anak. Apalagi tidak sesuai dengan profesi yang diinginkan anak.

Jenjang Perguruan Tinggi yang Dipilih

Hal yang penting untuk meraih profesi adalah jenjang perguruan tinggi. Atau jenjang setelah SMA. Pendidikan tinggilah yang menjadi acuan pendidikan seseorang. Cobalah tengok biografi atau data diri seseorang yang biasanya hanya mencantumkan pendidikan tingginya saja.

Saya sendiri menganggap pendidikan perguruan tinggi sebagai titik krusial dalam jenjang pendidikan seseorang. Berhasil atau tidaknya seseorang dalam pendidikan formal lihatlah hasil akhir pendidikan tingginya. Nilai IPK menentukan dan menjadi prasyarat didunia kerja. Suka atau tidak nilai IPK menjadi angka keramat bagi seseorang. Bila dibawah angka 3 , akan terbatas mencari kerja . Dunia kerja profesional akan melihat latar belakang perguruan tinggi lalu nilai IPK baru setelah itu dipanggil untuk mengikuti serangkaian tes.

Memilih perguruan tinggi sudah dipersiapkan sejak hari pertama anak bersekolah dijenjang SMA. Bila ingin melanjutkan perguruan tinggi negeri papan atas maka nilai matapelajaran harus mencapai angka aman. Selama enam semester angka dalam posisi aman terkendali.

Untuk memilih perguruan tinggi, biarkan anak menentukannya sendiri. Orangtua hanya mengarahkannya saja. Teknologi informasi saat ini sudah sangat cepat dan akurat. Hanya diperlukan analisa dan komparasi antar data perguruan tinggi. Walau begitu perlu juga untuk mengunjungi kampus yang dipilih untuk bertanya dan melihat langsung fisik dan kelengkapan kampus .

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun