Mohon tunggu...
Rushans Novaly
Rushans Novaly Mohon Tunggu... Administrasi - Seorang Relawan yang terus menata diri untuk lebih baik

Terus Belajar Memahami Kehidupan Sila berkunjung di @NovalyRushan

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Artikel Utama

Siapa yang Memilih Sekolah dan Profesi, Orangtua atau Anak?

26 Februari 2016   08:37 Diperbarui: 26 Februari 2016   11:29 497
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="ilustrasi ( sumber : family.fimela.com)"][/caption]

Ini adalah situasi yang saya hadapi saat ini. Situasi yang mungkin juga dialami banyak orangtua. Memilih sekolah. Sebuah pilihan yang tidak boleh main main. Salah memilih, masalah yang akan dipetik. Saya sendiri (tentu bersama istri tercinta) sudah mengambil beberapa pilihan sekolah.

Pilihan saya tentu punya alasan yang kuat. Sebagai orang tua tentu saya berusaha mencari sekolah terbaik yang ’memungkinkan’ untuk anak saya. Kata ‘memungkinkan’ perlu saya jelaskan agar tidak salah kaprah. Sekolah berkualitas biasanya cenderung berbiaya mahal (high cost) walau tidak semuanya. Sekolah berbiaya mahal menurut saya hal yang lumrah, apalagi sekolah swasta. Biaya pengembangan sekolah bukan perkara mudah, mulai membangun fisik sekolah hingga membangun non fisik seperti SDM, kurikulum , organisasi hingga aspek legal sekolah.

Biaya sekolah menjadi salah satu perhatian. Mengingat saya bukan termasuk orangtua dengan uang yang ‘mengalir deras’ . Saya harus mengukur kemampuan keuangan agar tidak timbul masalah. Hal yang hampir sama yang saya hadapi ketika saya bersekolah. Orang tua saya memang memilih sekolah yang masih dapat dijangkau biayanya. Saya masih ingat betul ketika saya memilih SMA dibilangan jalan Salemba, Jakarta. Kedua orangtua saya memberikan alasan agar saya mencoba memilih sekolah lain. Saya menurut saja ketika itu dan memilih sekolah di wilayah cempaka putih. Setelah saya bersekolah beberapa bulan baru saya ketahui SMA di jalan Salemba itu sekolah elit yang didominasi anak anak orang kaya.

Biaya sekolah saat ini memang luar biasa. Saya tak perlu menuliskan di artikel ini karena ini termasuk dalam kategori ‘rahasia umum’. Semua orangtua pernah mengalami atau mungkin akan mengalaminya kelak.

Sejatinya biaya sekolah sudah disiapkan sebelumnya. Ada perangkat keuangan yang membantu menyiapkan hal tersebut, ada yang berbentuk asuransi, tabungan atau mekanisme lain.

Saya sendiri menyiapkan dalam bentuk tabungan pendidikan. Sebuah rekening yang disiapkan untuk biaya pendidikan. Tapi biar sudah disiapkan, jumlahnya tentu terbatas. Maka dengan bijak saya harus mengkomunikasikan kepada anak saya berapa biaya yang disiapkan. Patokan saya memang dimulai dengan biaya pendidikan yang tersedia. Saya tidak ingin berbohong tentang kemampuan keuangan yang saya miliki. Saya juga tidak ingin mematikan apa yang dicita citakan anak saya. Bila biaya pendidikannya tidak cukup namun pilihan sekolah yang diinginkan memang sudah bulat ingin dipilih maka saya akan mengajak anak untuk berdiskusi memecahkan masalahnya.

[caption caption="Ilustrasi (sumber : theasianparent.com )"]

[/caption]

Diskusi Tentang Pilihan Profesi yang akan Dipilih

Memilih sekolah anak harus mengikuti apa profesi (baca : cita cita) yang akan dipilih anak. Untuk hal ini saya selalu memantau apa yang jadi profesi keinginan anak. Biasanya anak sudah memiliki profesi sejak duduk di bangku TK. Saya membiasakan anak untuk punya profesi pilihan sejak kecil. Bukan sekedar bertanya iseng lalu menganggap pilhan anak sebagai angin lalu saja. Saya selalu berusaha mendekatkan profesi yang dipilih dengan apa yang harus disiapkan sejak kecil.

Anak bungsu saya memilih menjadi seorang polisi wanita (polwan). Maka sejak kecil saya sudah mengajak anak mengenal apa tugas tugas seorang polisi. Lalu apa yang harus disiapkan sejak kecil. Maka anak bungsu saya sudah memilih belajar karate . Olahraga fisik yang mengajari kekuatan, keberanian dan ketangkasan. Anak bungsu saya juga menyukai olahraga fisik lainnya seperti renang . Sesuatu yang dibutuhkan untuk menjadi polwan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun