[caption caption="Sianida yang berhasil dibeli tim berkas kompas | Foto : Rushan Novaly"][/caption]Kasus kopi bersianida yang menewaskan Wayan Mirna Salihin masih terus bergulir. Upaya hukum yang dilakukan pihak kepolisian terhadap tersangka Jessica Kumala Wongso memasuki babak baru dengan diperpanjangnya penahanan Jessica dua puluh hari kedepan.
Kasus ini menyedot perhatian publik karena penggunaan sianida sebagai alat untuk meracuni korbannya. Lokasi pembunuhan juga terhitung nekat karena berada di sebuah cafe di pusat perbelanjaan elit di kawasan Jakarta pusat.
Siapa yang membunuh ? Polisi punya bukti dan kenyakinan. Hanya saja kasus kopi bersianida ini punya teori yang tidak mudah. Asal sianida dan bagaimana tersangka menaruh sianida didalam kopi juga menjadi teori yang harus dipecahkan pihak penyidik kepolisian .
Sementara banyak pihak ,baik ahli zat kimia, kriminolog, psikolog , praktisi hukum hingga pemerhati kriminal menilai kasus ini merupakan kasus yang tak mudah dipecahkan. Walaupun pihak penyidik kepolisian sudah menjerat Jessica sebagai tersangka masih ada hal yang menjadi tanda tanya besar. Darimana si tersangka mendapatkan zat sianida yang sebenarnya zat beracun yang masuk dalam kategori bukan untuk dijual bebas.
Dimana Membeli Sianida
Dalam acara ‘Bincang Sapa’ yang diadakan kompasTV pada hari Sabtu (20/2) . Tim Berkas Kompas yang hadir mengungkapkan sebuah temuan yang menarik. Sebagai acara peliputan investigasi yang menyajikan peliputan khusus sebuah kasus yang menyita perhatian publik ini mencoba menelusuri kasus kopi bersianida .
Peliputan langsung diarahkan dari mana zat sianida didapat. Karena seharusnya zat kimia yang punya sifat beracun atau berpotensi bisa disalahgunakan seharusnya tidak dijual bebas. Kalaupun boleh dibeli harus dapat dijelaskan siapa yang membeli dan untuk keperluan apa zat kimia tersebut dibeli secara tertulis dan mendapatkan izin pihak berwenang.
Tim Berkas Kompas langsung menugaskan tiga reporter untuk menjajal membeli langsung zat natrium sianida di beberapa toko kimia di wilayah Jabodetabek . Hasilnya nihil. Tak ada satupun toko kimia bersedia menjual natriun sianida atau biasa juga disebut garam sianida walaupun sudah menyamar sebagai mahasiswa yang sedang melakukan penelitian.
Rata rata toko kimia sudah tak memiliki persedian natrium sianida karena peredaraan zat kimia berbahaya dan beracun semakin sulit pasca peristiwa peledakan bom oleh teroris di Bali. Selain sianida , zat kimia seperti potasium, sulfur dan nitrat juga tak bisa lagi dijual bebas.
Walau sudah berkeliling di beberapa toko kimia dan tak berhasil mendapatkan natrium sianida tim berkas kompas tak hilang akal. Membeli secara konvensional tak mendapatkan hasil . Tim berkas kompas mencoba membeli secara online. Dimulailah pencarian melalui toko online maupun web yang melayani pembelian zat kimia secara online.
Hasilnya mencengangkan. Pembelian natrium sianida melalui transaksi online malah berhasil . Ada web resmi yang mau melayani pembelian natrium sianida. Syaratnya pun sangat mudah. Isi biodata yang disediakan dan telpon kontak nama sales yang tersedia.
Malah pembelian natrium sianida dapat dilakukan dengan tawar menawar . Harga satu tabung dengan berat 50 Kilogram dibanderol dengan harga Rp 3.700.000 pada awalnya dan bisa ditawar hingga Rp 3.200.000. setelah harga deal tinggal menentukan tempat dropping.
Pembelian natrium sianida secara online ternyata malah lebih mudah. Tanpa persyaratan khusus yang melampirkan surat resmi dari lembaga atau institusi si pembeli. Tanpa surat resmi dari pihak kepolisian. Tinggal hubungi nomor sales yang dicantumkan lalu tentukan harga dan lokasi dimana barang akan dikirim. Beres.
Bayangkan bila si pembeli punya niat jahat . Dengan angka pembelian 50 Kg natrium sianida berapa ribu orang bisa diracuni. Sebuah jumlah pembelian zat kimia beracun yang cukup besar.
Untuk memastikan zat kimia yang beli benar natrium sianida maka satu tabung berwarna biru dengan berat 50 Kg garam sianida dibawa ke laborarorium kimia Universitas Indonesia (UI) untuk diuji . Hasilnya memang benar zat kimia yang dibeli adalah natrium sianida.
Menjajal Pencampuran Kopi dengan Sianida
Seperti yang dikatakan Hanny ,salah satu saksi kunci yang menyebutkan kopi es vietnam yang diminum Mirna berwarna seperti jamu dengan bau yang aneh. Setelah kejadian sisa kopi yang masih tersisa juga diuji laboratorium. Hasilnya positif kopi es vietnam yang diminum korban Mirna terpapar sianida dalam dosis besar yang mematikan.
Diperkirakan ada 15 gram sianida yang dilarutkan ke dalam kopi es vietnam yang diminum Mirna . Dengan dosis sebesar itu bisa dipastikan siapapun orang yang meminum akan menemui ajalnya. Menurut Dr Budiawan , Ahli kimia dari UI yang telah berpengalaman selama 25 tahun berkecimpung didunia penelitian menggunakan zat kimia berbahaya dan beracun. Dosis mematikan sianida adalah 6,4 mg per kilogram berat badan. Bila berat badan seseorang 50 Kg hanya dibutuhkan 6,4 mg X 50 Kg yang setara dengan 320 mg . Bayangkan dengan dosis yang ditemukan pada kopi es vietnam Mirna ada 1500 mg . Berarti empat kali dari dosis mematikan.
Untuk membuktikan , tim berkas kompas membeli tiga gelas kopi es vietnam serupa yang dipesan Mirna. Gelas pertama ditambahi 15 gram sianida, gelas kedua ditambahi sianida sebesar 15 mg sianida dan gelas ketiga dibiarkan tanpa ditambahi sianida.
Hasilnya gelas pertama berubah warna agak kehijauan seperti jamu dan berbau tidak enak. Gelas kedua tidak mengalami perubahan secara mencolok . Dan pada gelas ketiga karena tidak dicampurkan sianida , kopi es vietnam tetap seperti sediakala.
Melihat dari hasil ujicoba yang dilakukan tim berkas kompas di ruang laboratorium UI warna kopi yang tercampur sianida memang sama dengan apa yang diakui Hanny. Jadi bisa ditarik kesimpulan bahwa kopi es vietnam yang di minum Mirna terpapar sianida dalam dosis besar . Dan ada seseorang yang sengaja menaruh zat kimia mematikan kedalam kopi tersebut. Siapa yang menaruh ?
Ujicoba yang dilakukan tim berkas kompas hanya ingin membuktikan bila kopi es vietnam dicampurkan 15 gram sianida berubah warna dan menimbulkan bau yang aneh.
Bagaimana Sianida Membunuh
Sianida sejati sudah ditemuka ratusan tahun yang lalu. Sebagai zat yang sebenarnya ada di alam raya. Sianida juga ada didalam beberapa produk tanaman dan buah. Walau tentunya jumlahnya sangat kecil dan tidak dalam dosis mematikan. Sianida biasanya terdapat di dalam singkong, apel dan beberapa jenis tanaman umbi umbian.
Pernah dengar singkong beracun ? warna biru pada singkong dan rasa pahit adalah tanda singkong sudah mengandung sianida. Jumlahnya tidak lebih dari 40 ppm . Biasanya tidak menimbulkan kematian hanya membuat orang yang memakannya muntah muntah dan pusing. Karena menurut Dr Budiawan untuk membuat 1 mg sianida murni dari singkong dibutuhkan puluhan kilogram singkong untuk diekstrasi. Proses ekstrasinya juga tidak mudah karena harus dilakukan orang yang ahli .
Lalu bagaimana cara sianida membunuh korbannya ?. Dr Budiawan menjelaskan dengan cukup baik . Sianida ketika masuk kedalam tubuh manusia akan dianggap zat asing. Sianida sendiri bisa berbentuk uap, cair dan zat padat. Yang paling mematikan adalah zat sianida berbentuk uap yang langsung menyerang fungsi syaraf manusia. Walau begitu sianida berbentuk padat seperti garam tak kalah mematikan . Ketika sianida masuk kedalam lambung yang bersifat asam . Maka natrium sianida akan berubah menjadi asam sianida yang bersifat korosif.
Lambung yang terpapar sianida akan mengalami kerusakan parah . Lapisan pelindung lambung akan mengalami pendarahan hebat. Sianida juga akan mengikat zat besi dan mengusir oksigen . Dengan begitu orang yang terpapar sianida akan kekurangan oksigen secara cepat . Korban yang terpapar sianida akan kesulitan bernapas dan kejang kejang. Aliran darah yang sudah terpapar sianida akan kesulitan membawa kebutuhan oksigen ke bagian organ tubuh yang membutuhkan seperti paru paru, jantung, syaraf dan organ penting lainnya.
Jeda kematian sianida tergolong cepat tergantung jumlah dosis dan daya tahan tubuh korban sendiri. Pada kasus Mirna, jedanya hanya sekitar satu jam hingga korban akhirnya menghembuskan nafas terakhir.
Sianida versus Arsenik
Selain sianida, zat kimia beracun yang sering juga dipakai untuk membunuh adalah arsenik. Jenis racun ini biasa digunakan untuk membunuh orang yang dianggap penting biasanya lawan politik atau agen intelijen yang berkhianat.
Yasir Arafat pemimpin PLO juga disinyalir dibunuh menggunakan zat arsenik ketika sedang menjalani pengobatan di sebuah rumah sakit si Prancis. Bahkan Napoleon Bonaparte yang tersohor ketika revolusi Prancis juga dibunuh lawan politiknya menggunakan zat arsenik.
Yang masih kita ingat secara jelas adalah kematian Munir, pejuang HAM yang pernah menjadi koordinator kontraS dan aktif di Imparsial. Munir dibunuh menggunakan zat arsenik yang dicampurkan didalam kopi ketika pesawat Garuda yang Munir tumpangi sedang berada di bandara Changi Singapura untuk transit. Sebelum pesawat lepas landas dari bandara Changi , Munir sudah mulai menunjukan gejala keracunan dengan perut yang mual dan diare. Sepanjang perjalanan hingga berada di daratan Eropa Munir terus diare dan muntah muntah. Seorang dokter yang kebetulan ikut sebagai penumpang pesawat mencoba membantu Munir tapi ajal menjemput pria keturunan Arab yang besar di Batu, Malang.
Arsenik sebagai zat pembunuh jauh lebih berbahaya karena punya sifat yang sulit di diteksi karena tidak merubah warna dan tidak memiliki bau khusus. Cara kematiannya juga tergolong lebih sulit diketahui karena korban akan memiliki jeda yang cukup panjang hingga kapan tepatnya korban meminum racun arsenik akan sulit ditentukan.
Untuk lebih jelasnya berikut sedikit mengenai arsenik , sipembunuh yang sulit terditeksi . Nyatanya arsenik menjadi pembunuh nomor satu dalam keluarga zat kimia. Dengan nama resmi arsenik trioksida (As203) yang lebih dikenal sebagai arsenikum . Dikalangan umum terutama penggemar keris arsenik dikenal sebagai warangan. Secara fisik warangan berbentuk bubuk putih yang mudah larut dalam air panas. Warangan yang telah larut dipakai untuk memandikan keris keris simpanan.
Karena sifatnya yang mudah larut sama seperti sianida , arsenik sangat cocok dilarutkan didalam secangkir kopi yang punya aroma kuat yang khas. Untuk dosis mematikan arsenik dibutuhkan sebanyak 200 mg. Namun biasanya pembunuh yang sedang mengincar korbannya akan menambahkan hingga tiga hingga empat kali dosis mematikan.
Sianida dan Arsenik adalah zat kimia berbahaya namun sesungguhnya kedua jenis zat kimia ini dibutuhkan didunia industri. Penggunaanya dibutuhkan didunia pertanian sebagai pestisida. Sebagai pencampur pembasmi hama tikus. Di dunia tambang bahkan di industri kertas.
Sianida maupun arsenik adalah zat kimia yang berguna dan punya nilai ekonomis . Hanya saja peredarannya harus diawasi sehingga tidak disalahgunakan pihak yang tidak bertanggung jawab. Karena pembuatan bom daya ledak mematikan juga menggunakan zat kimia yang direaksikan.
Perlu Peraturan dan Undang Undang Zat Kimia
Negara melalui instusi yang berwenang perlu berperan sebagai pengawas akan distribusi zat kimia berbahaya.Perlu dibuatkan undang undang khusus untuk distribusi zat kimia berbahaya dan beracun dan penggunaannya. Kenapa diperlukan karena bukan tidak mungkin pihak pihak yang berniat jahat terhadap masyarakat maupun kepentingan nasional.
Bukan hanya sianida atau arsenik saja namun zat kimia seperti boraks, formalin atau zat pewarna tekstil yang digunakan sebagai pencampur makanan atau minuman. Zat kimia berbahaya yang sebenarnya bukan untuk makanan dan minuman tersebut malah sering ditemukan.
Hal ini sangat membahayakan banyak orang terutama anak anak yag jadi sasarannya. Bisa dibayangkan generasi yang terpapar zat kimia berbahaya ketika anak anak jajan disekitar sekolahnya. Bukan tidak mungkin sepuluh tahun yang akan datang penyakit seperti kanker akan dihinggapi anak anak tersebut. Efeknya memang jangka panjang. Seperti hantu yang akan muncul ketika sudah terakumulasi.
Negara harus melindungi warganegaranya dari pengaruh buruk orang yang tidak bertanggung jawab. Ada badan POM , ada kementrian kesehatan, ada kementrian ESDM,ada kementrian kelautan, ada kementrian perindustrian ada kementrian pertanian yang terkait dengan zat kimia berbahaya.
Pemerintah seharusnya punya satu badan pengawas khusus peredaran zat kimia berbahaya dan beracun yang punya kewenangan yang kuat dan lintas sektor. Terintegrasi dan punya kemampuan pengolahan data dan monitoring untuk mengawal peredaran zat kimia.
Bila sudah ada badan khusus dengan payung UU yang memayunginya maka tak ada lagi orang atau toko kimia yang tidak berizin dapat menjual secara bebas zat kimia yang bisa disalahgunakan baik secara online maupun offline.
Maka tak ada lagi celah membeli zat kimia berbahaya tanpa izin yang jelas. Bila sudah dapat dijalankan maka akan sulit orang meracuni calon korbannya dengan zat kimia beracun. Seperti yang terjadi pada Wayan Mirna Salihin.
O o o o o O
Â
Bincang Sapa : Adalah acara Talk Show off air KompasTV untuk mengangkat satu tema menarik, Bincang Sapa perdana diselenggarakan di Galeri Kiri Bawah , Bentara Budaya pada hari Sabtu, 20/2/16 mengangkat tema : Melacak Jejak Sianida. Acara ini dipandu host cantik Glory Oyong. Hadir sebagai narasumber : Veronica Hervy (Produser Berkas Kompas), Mercy Tirayoh (Reporter Berkas Kompas) dan Dr Budiawan ( ahli toksikologi UI)
Berkas Kompas : Adalah satu program KompasTV yang tayang setiap hari Rabu jam 22:00. Program liputan investigasi yang mengambil satu tema khusus.
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H