Mohon tunggu...
Rushans Novaly
Rushans Novaly Mohon Tunggu... Administrasi - Seorang Relawan yang terus menata diri untuk lebih baik

Terus Belajar Memahami Kehidupan Sila berkunjung di @NovalyRushan

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Artikel Utama

Secuil Kisah Hidup Hatta, Sang Proklamator yang Layak Jadi Panutan

7 Februari 2016   10:45 Diperbarui: 7 Februari 2016   20:24 1050
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hatta tetaplah Manusia

Bagaimanapun juga Hatta tetaplah manusia. Seorang pribadi yang telah melewati banyak fragmen kehidupan. Sikapnya yang konsisten dan selalu berusaha menepati janjinya. Hatta memang pernah dituduh menghilangkan tujuh kata tentang kewajiban bagi umat Islam dalam menjalankan syariat Islam yang hilang dari pembukaan UUD 1945.

Bila dipahami situasi yang terjadi saat itu mungkin akan bisa dipahami kenapa tujuh kata tersebut dihilangkan. Indonesia timur yang mayoritas beragama non muslim merasa keberatan atas tujuh kata tersebut. Hatta yang ketika itu melihat celah berbahaya bagi kesatuan bangsa berinisiatif melakukan upaya penghapusan tujuh kata yang jadi perdebatan.

Tujuh kata itu akhirnya menjadi Piagam Jakarta. Kejadian yang hampir serupa terjadi pada awal Agustus 2002. Perdebatan yang terjadi diparlemen itu terjadi ketika tiga fraksi di DPR RI yaitu Fraksi Persatuan Pebangunan (PP), Fraksi PBB dan Fraksi Daulah Ummah mengusulkan dimasuknya kembali tujuh kata ke dalam pasal 29 . Tiga fraksi ini mendapat tentangan dari fraksi lainnya.
Perdebatan ini berakhir dengan usaha musyawarah yang akhirnya tiga fraksi menyetujui kembali pada pasal 29 yang semula. Itulah drama yang terjadi pada Agustus 2002 yang mirip terjadi pada peristiwa Agustus 1945 dimana Hatta akhirnya mengambil keputusan untuk menghapus tujuh kata yang jadi perdebatan.

Di hari tuanya Hatta berniat mendirikan Partai Demokrasi Islam Indonesia diera Presiden Soeharto. Niatnya itu tak diluluskan pemerintahan orde baru. Hatta tak kecewa dan dendam . Hatta sendiri masih memberikan masukan ketika terjadi perdebatan alot tentang RUU Perkawinan 1974 yang harus mengakomodir tuntutan kalangan Islam . Beruntung Presiden Soeharto mau melunak dengan merubah RUU Perkawinan tersebut sehingga dapat disahkan menjadi UU Perkawinan.

Hatta adalah sosok yang sulit dicari tandingannya. Kesederhanaan, kejujuran, kejernihan pikirannya hingga sifatnya yang berusaha memenuhi semua janjinya. Hatta adalah sosok negarawan dan sosok yang punya kharisma. Patut menjadi teladan para penyelenggara negara. Karena ketika menjadi pejabat negara tugas anda adalah pelayan masyarakat , pelayan yang ikhlas yang tidak punya tendensius apalagi berusaha menipu rakyat dan berbuat curang dengan perilaku korup.

Kita butuh Hatta Hatta yang lain...semoga saja.

---

Ilustrasi: suarabangsa.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun