"Tentu!"
"Coba diingat-ingat lagi."
Selama ini aku merasa berbuat sewajarnya. Aku juga melihat hal-hal yang biasa. Wajar. Tidak pernah melihat sesuatu yang jelek. Itu seingatku lho. Entah jika aku lupa. Atau jangan-jangan memang aku yang lupa.
Kalau melihat orang berjudi, jelek gak ya? Aku tidak ikut berjudi kok. Hanya lihat saja. Tidak turut membanting domino atau kartu remi. Tidak serta membagi-bagi uang, yang kata sebagian penjudi sebagai "shadaqah." Hihii,,, segitunya ya!
Aku juga pernah melihat kerapian sapi, aduan ayam jago, wanita cantik, film BF, ngintip orang selingkuh,... Apakah ini bagian dari maksiat mata? Apakah karena hal ini mataku tiba-tiba hilang? Aku masih terngiang dengan ucapan istriku.
"Mungkin matamu yang jelalatan!"
Ah! Jadi runyam nih akhirnya. Aku harus banyak membaca istighfar. Mungkin selama ini aku tidak bijak dalam menggunakan mataku. Seharusnya mata itu digunakan untuk yang baik-baik. Melihat hal yang positif. Tidak memandang sesuatu yang dilarang agama.
Aku sekarang jadi orang picek. Ini mungkin sebagai teguran atas kelakuanku selama ini. Terutama berkenaan dengan mata. Aku harus merawat mataku yang tinggal sebelah. Dengan cara arif. Dengan cara bijak. Agar mata yang satunya tidak juga hilang. Oh, aku tidak bisa bayangkan kalau mata yang tinggal satu ini juga hilang. Aku tidak bisa bayangkan, betapa tanpa penglihatan, dunia ini bagai kuburan.
Aku jadi teringat dengan orang buta. Orang yang tidak mempunyai penglihatan sejak mereka dilahirkan ke dunia. Entah perasaan apa yang ada di pikirannya. Ketika dunia ini hanya gelap semata. Tidak bisa menikmati indahnya alam. Tidak bisa menyaksikan hiruk pikuk sekitar. Tidak bisa menyaksikan apa pun juga. Hanya gelap, kelam, dan gulita.
Duh Gusti! Aku jadi banyak bersyukur saat ini. Sejak mataku hilang satu. Ada rasa sesal yang semakin berkecamuk. Kemudian muncul rasa simpati yang menyangat. Hingga aku tak ingin kehilangan seluruh penglihatanku. Aku ingin memelihara yang tinggal. Menggunakan kepada hal kebaikan. Aku harus bersyukur, meski satu mataku hilang, tapi masih ada yang satunya lagi. Aku masih bisa menikmati indahnya dunia dengan satu mata. Aku masih bisa melihat hal-hal menggelikan dan hal-hal mengharukan dengan sisa mataku. Tuhan, jangan Kauambil semua mataku. Itu doaku hingga saat ini. Aku sudah bertaubat. Aku akan memanfaatkan sisa mataku untuk kebaikan.
"Mau kemana, Mas?" Istriku yang di pagi buta itu bangun bertanya heran kepadaku.