Mohon tunggu...
Rusdi El Umar
Rusdi El Umar Mohon Tunggu... Guru - Guru di SMPN 1 Batang-Batang

Sang petualang yang masih terus mencari hakikat kehidupan rusdiumar@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Mataku Hilang

17 Februari 2016   20:40 Diperbarui: 17 Februari 2016   20:48 105
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Yang kiri, ya, mataku yang kiri tiba-tiba hilang. Aku tidak tahu asal mulanya. Tiba-tiba saja mataku bolong. Benar, yang kiri. Yang kanan masih utuh. Aku heran, mengapa mataku bisa hilang.

Bolong, ya bolong. Karena mata kiriku sudah tidak ada. Sakit? Gak lah. Tapi aku tidak bisa melihat dengan mata kiriku. Hanya mata kanan yang masih bisa. Aduh, .. kemana mata kiriku?

"Mataku hilang," kataku pada istri di pagi itu.

"Jangan bercanda," jawab istriku tak acuh.

"Beneran hilang. Coba lihat nih!"

"Hahh,..." Istriku terkejut. Tidak percaya. Ada rasa takut di raut wajahnya.

Mataku hilang. Itu masalahnya. Tidak tahu hilangnya kemana. Juga tidak tahu apakah hilang dicuri, atau hilang dengan sendirinya. Rasa tidak sakit sebagai indikasi bahwa mataku hilang tidak dengan cara dicuri. Dicongkel.

Dicongkel? Membayangkan saja aku takut. Betapa sakitnya kalau mata dicongkel. Tentu akan meraung, berteriak, menerjang-nerjang, dan lain sebagainya. Bayangkan saja kalau mata Anda dicongkel. Bayangkan saja, jangan dicongkel beneran.

Meski mataku tinggal sebelah, aku masih tetap bekerja. Sebelah mataku masih bisa diajak kompromi. Aku masih mampu melakukan tugasku dengan tidak mengurangi kualitas kinerjaku. Aku juga masih bisa bersitatap dengan rekan kerja, dengan BOS tempatku bekerja. Aku juga masih bisa berkomunikasi dengan orang lain. Ya, hanya mata kiriku yang hilang, dan kini terlihat bolong.

"Menyeramkan,..." kata istriku sambil bergidik.

"Gimana lagi. Toh ini bukan maluku."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun