Kemampuan Teknologi
Selain akses yang terbatas, kesenjangan digital Indonesia juga nampak pada minimnya kemampuan menggunakan teknologi digital. Survei Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) tahun 2021 menunjukkan bahwa sebagian besar pengguna internet Indonesia baru pada tataran konsumsi konten digital, seperti menonton video, mendengarkan musik daring, atau berselancar di medsos. Sementara itu pemanfaatan internet untuk hal produktif seperti bekerja, berjualan, mengakses layanan publik, atau mengurus administrasi secara daring masih sangat minim.
Tingkat literasi atau melek digital ini berbanding lurus dengan latar belakang pendidikan pengguna. Semakin tinggi ijazah yang dimiliki seseorang, semakin tinggi kemungkinannya untuk lebih mahir memanfaatkan teknologi digital. Sebaliknya bagi mereka yang putus sekolah atau tidak melanjutkan ke perguruan tinggi, kemampuan berinternetnya cenderung sangat terbatas. Ini menjadi tantangan serius mengingat sebagian besar angkatan kerja Indonesia berpendidikan relatif rendah.
Manfaat dan Dampak
Pemanfaatan teknologi dan internet sebenarnya dapat memberikan banyak manfaat, mulai dari akses informasi, memperluas jangkauan komunikasi, hingga membuka peluang ekonomi yang lebih besar. Sayangnya manfaat ini belum dapat dinikmati secara adil dan merata oleh seluruh lapisan masyarakat Indonesia.
Apabila tidak ditangani dengan baik, kesenjangan digital ini berisiko semakin melebarkan ketimpangan sosial ekonomi di tanah air. Kelompok masyarakat yang sudah "melek digital" dapat memanfaatkan teknologi untuk meningkatkan kualitas hidup dan taraf ekonominya. Sementara mereka yang kurang beruntung, akan semakin tertinggal. Dalam jangka panjang, kondisi ini sangat berpotensi menimbulkan polarisasi sosial yang semakin tajam antarkelompok masyarakat digital proficient dan digital illiterate.
C. Studi Kasus
Sebagai studi kasus, diambil contoh implementasi program Palapa Ring yang bertujuan menyediakan infrastruktur serat optik di seluruh wilayah Indonesia. Program ini diharapkan dapat memperluas akses internet berkecepatan tinggi hingga ke pelosok nusantara.
Dampak program ini cukup signifikan dalam mempersempit kesenjangan digital antarwilayah. Di Kabupaten Jayawijaya, Papua, misalnya, tingkat adopsi internet rumah tangga melonjak dari 12% menjadi 68% dalam kurun 2 tahun setelah Palapa Ring terealisasi. Kualitas sinyal dan kecepatan internetnya pun jauh lebih baik, memungkinkan penggunaan aplikasi dan layanan digital yang sebelumnya terhambat.
Sayangnya peningkatan infrastruktur ini belum diimbangi dengan literasi digital yang memadai. Survei menunjukkan masyarakat di sana baru memanfaatkan internet untuk hiburan dan media sosial. Adopsi e-commerce, e-banking, e-learning dan e-government masih sangat rendah. Ini menunjukkan masih lebarnya gap digital skills warga.
Tanpa upaya pengembangan kapasitas yang memadai, kemajuan teknologi berisiko memperlebar ketimpangan soaial ekonomi. Masyarakat perkotaan yang sudah literat dengan cepat mengambil kesempatan ekonomi dari internet. Sementara warga desa yang "tertinggal" hanya menjadi konsumen produk digital, bukan pemain ekonomi digital itu sendiri.