A. Latar Belakang
Kemajuan teknologi dan internet yang sangat pesat dalam beberapa dekade terakhir telah mengubah dinamika masyarakat dalam menyajikan beragam kemudahan dan kemajuan untuk kehidupan masyarakat modern. Berbagai layanan dan fasilitas baru kini lebih banyak didapatkan melalui platform digital, mulai dari pendidikan dan pembelajaran, bekerja, berbelanja, kesehatan, hingga akses informasi dan hiburan. Inovasi kreatif lewat platform digital seperti e-commerce, fintech, hingga platform konten online menjadi penggerak pertumbuhan ekonomi negara-negara maju sekaligus berkembang. Namun, fenomena evolusi digital ini berjalan paralel dengan munculnya kesenjangan digital (digital divide) yang makin melebar antar lapisan masyarakat.
Kesenjangan digital berdampak serius karena memperlebar jurang ketimpangan sosial, ekonomi, pendidikan, dan politik. Oleh karena itu kesenjangan digital menjadi fokus analisis yang mendalam, menggambarkan kondisi di mana terdapat divisi signifikan antara sebagian masyarakat yang mampu mengadopsi dan melek teknologi digital dengan mereka yang masih kesulitan mengakses atau memanfaatkannya. Di negara berkembang seperti Indonesia, tantangan aksesibilitas dan literasi teknologi masih dirasakan oleh banyak penduduk, terutama di daerah pedesaan, kelompok lanjut usia, masyarakat miskin, dan yang berpendidikan rendah.Â
Sebaliknya, penduduk perkotaan dan kalangan menengah ke atas relatif lebih mudah mengadopsi teknologi digital terbaru dan memperoleh literasi digital yang memadai. Ibarat sebilah pisau bermata dua, era digital dapat menjadi jembatan yang menghubungkan masyarakat lintas batas, namun di sisi lain dapat pula membentuk jurang lebar di kalangan masyarakat itu sendiri. Menurut laporan dari Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) pada tahun 2022, penetrasi pengguna internet di Indonesia baru mencapai 76,8% dari total populasi. Artinya, masih cukup banyak masyarakat Indonesia yang belum menikmati akses internet dan teknologi digital.
Faktor geografis, demografis, dan sosial ekonomi memainkan peran utama dalam membentuk kesenjangan digital. Wilayah terpencil seringkali mengalami kendala akses listrik dan internet, sementara tingkat pendapatan dan pendidikan cenderung lebih rendah. Di tingkat global, negara-negara maju mencatatkan adopsi teknologi digital tertinggi, sedangkan negara berkembang di Asia, Afrika, dan Amerika Latin masih berkutat dengan kesenjangan digital yang cukup luas antar wilayah ataupun antar kelompok masyarakatnya.
Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk menganalisis lebih dalam fenomena kesenjangan digital yang terjadi dalam masyarakat, baik global maupun nasional. Khususnya dalam konteks bagaimana era digital saat ini berpotensi 'menjembatani' atau justru 'melebarkan jurang' dalam berbagai dimensi kehidupan sosial, ekonomi, dan politik. Hasilnya dapat digunakan sebagai rekomendasi kebijakan dalam rangka mengatasi masalah ini.
B. Pembahasan
Akses Terhadap Teknologi
Berdasarkan data dari Kementerian Komunikasi dan Informatika tahun 2021, baru sekitar 64% atau sekitar 67 juta rumah tangga di Indonesia yang memiliki akses terhadap perangkat digital seperti komputer dan laptop. Artinya masih ada sekitar 38 juta rumah tangga yang belum memiliki perangkat digital pribadi. Adapun akses terhadap internet, baru sekitar 73% rumah tangga atau sekitar 76 juta rumah tangga yang terhubung internet. Angka ini masih sangat rendah jika dibandingkan dengan negara tetangga seperti Malaysia dan Singapura yang akses internetnya sudah mendekati 100%.
Secara geografis, akses teknologi informasi di Indonesia masih sangat tidak merata. Di wilayah perkotaan, akses internet sudah hampir menyeluruh dengan tingkat penetrasi mencapai 80-90%. Namun di wilayah pedesaan dan daerah 3T (tertinggal, terdepan, terluar), aksesnya masih sangat minim dengan rata-rata di bawah 40%. Selain itu, kualitas sinyal dan kecepatan internet di luar kota-kota besar juga kerap dikeluhkan masih buruk. Hal ini menghambat penggunaan aplikasi dan layanan digital yang membutuhkan koneksi broadband.
Faktor utama yang menjadi penyebab minimnya akses teknologi informasi ini adalah faktor ekonomi. Harga perangkat seperti laptop dan smartphone serta biaya berlangganan internet yang masih relatif mahal sulit dijangkau oleh sebagian besar masyarakat kelas bawah dan menengah Indonesia yang berpenghasilan rendah. Selain itu, kurangnya infrastruktur juga menghambat perluasan akses internet ke pelosok nusantara.