Menurut cerita Pak Ramin, tetangga sebelah, yang pernah haji tahun lalu, rasa masakan di Indonesia jauh lebih lezat dibanding masakan ala Arab Saudi.Â
Menurutnya dia sering tidak nafsu makan, karena makanannya tidak berasa. Banyak makanan yang tidak dimakan. Daging hanya direbus dengan garam, rasanya anyep dan hambar.
Entah memang cara masaknya seperti itu, atau memang tidak ada rempah seperti di Indonesia, atau barangkali lidah kita yang tidak terbiasa. Banyak makanan yang terbuang, lebih-lebih daging yang sudah disediakan catering.
Mungkin berbeda penanganannya jika ibadah Umrah, saya merasakan makanannya sudah bervariasi, saat di hotel tukang masaknya orang Indonesia, saya sempat berbincang, dia berasal dari Madura sehingga masakannya persis dengan masakan Indonesia.
Walaupun tidak senikmat saat di tanah air, namun rasanya sudah bervariasi, oseng-oseng kangkung, pecel, ayam dibumbu, ikan bandeng, tumis dan lain-lain. Ada juga kudapan seperti kacang hijau, bubur sum-sum dan aneka jenis cemilan lainnya. Semuanya ala masakan Indonesia.
Dalam hal masak-memasak saya memang tidak hoby, bahkan ada rasa malas. Walaupun demikian bagi saya masak adalah prioritas, kata ibu saya; "Dadi wong wedok kudu pinter masak, luwih irit lan berkah",
Kalimat itulah yang memotivasi saya untuk memasak, sehingga saya mencari yang praktis dan sehat. Seperti masak sayung bening. Sayur bening adalah masakan favorit mertua. Selama bulan puasa beliau selalu berbuka dengan sayur bening.
Menurutnya sayur bening rasanya 'seger' , selain praktis juga cukup mudah membuatnya.Â
Berikut cara membuat sayur bening
Bahannya: 1 ikat bayam, 2 wortel ukuran sedang, gambas atau blutru boleh kacang Panjang atau labu (sesuai selera).
Bumbu: 2 siung bawang merah, 1 siung bawang putih, laos atau kunci, garam, gula.