Mohon tunggu...
Khuriyatul Ainiyah (Bude Ruri)
Khuriyatul Ainiyah (Bude Ruri) Mohon Tunggu... Guru - Guru SD, Penulis buku

Hidup bermanfaat lebih beruntung

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Bangga, Kartini-Kartini Indonesia Maju dalam Pilihan Kepala Daerah

8 September 2024   19:34 Diperbarui: 8 September 2024   19:35 35
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sudah tidak diragukan lagi munculnya kaum perempuan dalam kontestan pilkada 2024 ini menjadi gerbang kemandirian dan pemberdayaan perempuan untuk menuju Indonesia emas.

Gaya kepemimpianan perempuan berbeda dengan laki-laki, namun demikian perbedaan dalam panggung demokrasi, perempuan menempatkan diri sebagai agen perubahan yang tidak bisa diabaikan. Setiap orang baik laki-laki maupun perempuan mempunyai gaya kepemimpinan yang unik, sesuai dengan karakter masing-masing.

Kembali pada sosok perempuan yang menjadi pemimpin, pengalaman saya saat Bupati Tuban perempuan, saya merasa lebih dekat  apalagi pada even-even tertentu. Misalnya saat ada kegiatan kunjungan dan kita hadir di situ, minimal untuk bersalaman saja tidak sungkan dan tidak canggung. Bisa saling berkomunikasi.

Merasa satu kemestri, ada keterwakilan pada setiap kebijakan, cara pandang yang sama dari sisi perempuan terhadap masalah-masalah krusial seperti Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT), perlindungan terhadap anak, dan tentang pendidikan. 

Munculnya banyak kontestan perempuan bisa membedakan gaya kepemimpinan laki-laki dan perempuan. Hal ini dipengarui oleh beberapa faktor diantaranya:

Tina Nur Alam, Cagub Sultra untuk Pilkada 2024. Sumber ; ANTARA news 
Tina Nur Alam, Cagub Sultra untuk Pilkada 2024. Sumber ; ANTARA news 
Satu, budaya organisasi. Gaya kepemimpinan seseorang bisa dipengaruhi oleh nilai dan norma yang dianut saat dia berorganisasi. Pengalaman yang diperoleh menjadi kekuatan kepemimpinannya.

Dua, pengalaman pribadi.  Pengalaman hidup dan pendidikan seseorang juga mempengaruhi gaya kepemimpinan. Keduanya berpengaruh saat menjadi pemimpin.

Tiga, situasi kepemimpinan. Tuntutan dan tantangan dan situasi kepemimpinan yang berbeda memunculkan gaya kepemimpinan yang berbeda pula.

Secara umum ada persepsi bahwa laki-laki cenderung dengan gaya kepemimpinan yang tegas, beroreiantasi pada tugas. Mereka sering diasosiasikan dengan gaya kepemimpinan yang lebih direktif.

Berbeda dengan kaum perempuan lebih cenderung dengan gaya kepemimpinan yang kolaboratif, berorientasi pada hubungan, dan lebih memperhatikan keseimbangan antara pekerjaan dan hubungan pribadi. Mereka diasosiakan dengan gaya kepemimpinan yang lebih transformasional.

Perlu diingat bahwa gaya kepemimpinan seseorang adalah perspektif, antara laki-laki atau perempuan masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan. Keberhasilan pemimpin tergantung pada kontek dan kemampaun untuk  beradaptasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun