Jika dinalar secara logika, rasanya tidak ada yang sanggup untuk melaksanakan perintah yang maha berat ini. Putra satu-satunya setelah puluhan tahun menantinya, namun saat menginjak remaja harus merelakan untuk dikorbankan demi perintah Allah.
Cerita yang penuh hikmah ini menggambarkan betapa ketundukan dua hamba yang beriman tersebut atas perintah Tuhannya.
Berikut ini pelajaran dan hikmah yang bisa kita petik dari pengorbanan Ibrahim Alaihissalam.
Perintah Allah harus melebihi kecintaan dunia
Sebagai orang tua mencintai anak di atas segala-galanya. Apalagi jika anak merupakan satu-satunya yang kita punya. Segala usaha dan ihtiyar hanya diperuntukkan untuk masa depan anak.
Demikian juga dengan Nabi Ibrahim, cinta dan kasih sayangnya kepada putranya Ismail juga sangat mendalam. Anak yang berbakti dan berahlakul karimah ini benar-benar menjadi permata hati.
Dididik dengan baik, diajarkan bagaimana menjalankan syariat Islam dengan kaffah, namun saat tumbuh remaja tiba-tiba Allah perintahkan untuk menyembelihnya.
Sebagai manusia, Ibrahim pun sempat ada keraguan apakah ini perintah Allah atau hanya mimpi bunga tidur saja. Sehingga Ibrahim pun berpuasa dan bermunajat kepada Allah Subhanahu wa tala.
Setelah mengetahui bahwa perintah ini datangnya dari Allah SWT maka dengan hati yang mantab, Ibrahim Alaihisaalam menjalankan perintah tersebut tanpa ada keraguan sedikitpun.
Demikian juga dengan Ismail, saat ditanya apakah bersedia disembelih, maka dengan tegas Ismail pun menjawab, jika ini perintah Allah maka saya siap untuk menerimanya.
Cinta dan tunduk atas perintah Allah melebihi cintanya pada dunia, termasuk mencintai anak semata wayangnya.