Mohon tunggu...
Khuriyatul Ainiyah (Bude Ruri)
Khuriyatul Ainiyah (Bude Ruri) Mohon Tunggu... Guru - Guru SD, Penulis buku

Hidup bermanfaat lebih beruntung

Selanjutnya

Tutup

Parenting Artikel Utama

Berikut 4 Hal yang Perlu Ditanamkan Saat Anak Berulang Tahun

13 November 2023   21:33 Diperbarui: 24 November 2023   19:44 427
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pagi sebelum berangkat sekolah Ananda meniup lilin, tepat tanggal 13 November 2023 usianya genap 9 tahun. (Dokumentasi pribadi)

Hari lahir mungkin begitu penting bagi Ananda, usianya yang baru genap sembilan tahun itu tak banyak impian. Namun dia selalu mengingatkan bunda dan juga kakak-kakaknya untuk memberikan hadiah spesial untuknya. Bukan kado namun senampan kue yang dihiasi lilin kecil supaya mirip di TikTok yang dia tonton sebelumnya.

Sebagai bundanya, saya sendiri tidak pernah mengajarinya bahwa ulang tahun harus dirayakan, itu juga berlaku pada kakak-kakaknya. 

Saya hanya menanamkan bahwa bertambahnya usia harus semakin dewasa, itu saja. Kado dan kue hanyalah sebagai simbol pengingat saja.

Sejak sore Ananda selalu nagih pada kakaknya, "Mbak aku kok gak disiapkan kue ultah."

"Besuk wae, pagi-pagi yang penting lilin siap ditiup," ujar kakaknya.

Malamnya kedua kakaknya membelikan bahan pudding juga lilin kemudian dimasak dan dimasukkan lemari pendingin supaya besuk pagi siap disantap.

Malam itu Ananda tampak bahagia karena kakak-kakaknya mempersiapkan sedemikian rupa demi adik tercinta. Ananda begitu girang saat menerima kado dari kakaknya, sebuah buku mewarnai lengkap dengan pensil warna.

Pagi sebelum berangkat sekolah Ananda meniup lilin, tepat tanggal 13 November 2023 usianya genap 9 tahun. (Dokumentasi pribadi)
Pagi sebelum berangkat sekolah Ananda meniup lilin, tepat tanggal 13 November 2023 usianya genap 9 tahun. (Dokumentasi pribadi)

Sederhana namun sangat berarti, menurut kakaknya untuk mengalihkan perhatiannya supaya tidak rajin mewarnai ponselnya, celetuk kakaknya, saat saya tanya, mengapa kadonya buku mewarnai gambar.

"Mama, aku dapat kado dari Mbak Bela," teriaknya saat saya masuk kamarnya.

"Ucapkan Alhamdulillah, saat kita dapat hadiah," sahutku kemudian.

***

Senyum kebahagiaan menghiasi raut wajahnya yang polos. (Dokumentasi pribadi)
Senyum kebahagiaan menghiasi raut wajahnya yang polos. (Dokumentasi pribadi)

Pagi itu sangat cerah, musim kemarau panjang membuat sinar mentari lebih terang pada jam di mana ayam masih berada di kandang. 

Angin pun berhembus santun sesopan penghuni rumah yang merasakan kehangatan nikmat Tuhan yang tak terhitung.

Setelah jalan-jalan pagi kakak menyiapkan pudding, nampan, juga lilin yang telah disiapkan semalam. 

"Mbak, kapan bisa makan pudingnya?" tanya Ananda menggerutu tak sabar ingin segera mencicipi.

"Mandi dulu, berpakaian yang rapi, setelah itu tiup lilin dan makan puding," jawab kakaknya.

Segera dia masuk kamar mandi, dengan semangat menyelesaikan mandinya dan berdandan rapi sesuai perintah kakaknya. Kami pun segera menyiapkan pudding dan menyalakan lilin.

Lagu selamat ulang tahun kami nyanyikan bersama, tampak wajah Ananda bahagia, merasa dirinya diperhatikan, dan disayang dalam keluarga. Kalimat selamat ulang tahun saya ucapkan bergantian dengan kedua kakaknya.

Saya mencium kedua pipi Ananda, saya tak memberikan kado apa-apa, saya hanya memberikan pesan, "Tambah pinter, solihah dan rajin ngaji ya."

Senyum kebahagiaan menggelayut dan mengiringi tawanya, satu yang membuatku bangga padanya dia tak pernah menanyakan tentang ayahnya. Sudah tuga tahun menjadi yatim, dia sudah dewasa, karena mengerti siapa dia sebenarnya. Yatim yang tak pernah rewel. Saat meminta sesuatu pasti dia menanyakan terlebih dahulu pada bundanya.

"Bunda punya uangkah?"

"Memangnya adik minta apa?"

Dua kalimat itu yang menurutku menjadikan dia dewasa, saat menginginkan sesuatu, ananda akan menanyakan pada saya, kesimpulannya saat bundanya tidak punya uang maka dia menangguhkan keinginannya. Lalu apakah sebenarnya makna ulang tahun bagi anak seusia ananda?

Anak merasa diperhatikan

Tidak semua orangtua berkesempatan merayakan hari ulang tahun kepada anak-anaknya. Biasanya ulang tahun hanya dinikmati bagi mereka dengan latar belakang kekinian. 

Zaman dahulu tidak banyak orang yang merayakan ulang tahun, saya misalnya. Bahkan ibu saya sendiri tidak hafal kapan tanggal kelahiran anak-anaknya.

Lain halnya dengan anak zaman now, sudah kenal dengan tanggal kelahirannya, hal itu pengaruh dari tayangan yang berseliweran dalam ponselnya. Ananda, ia selalu mengingatkan kepada bunda dan kakaknya jika besuk adalah hari ulang tahunnya. Mengharap ada kue dan kado untuknya sebagai hadiah. Mungkin karena seringnya melihat tayangan di TikTok atau You Tube.

Apa yang saya lakukan pada hari ini adalah bentuk perhatian. Bahwa hari ini adalah hari kebahagiaan yang patut disyukuri, hari di mana Ananda bertambah usia. Semoga tambah dewasa dan salihah.

Ananda bernama elhazima duduk di kelas tiga sekolah dasar. (Dokumentasi pribadi)
Ananda bernama elhazima duduk di kelas tiga sekolah dasar. (Dokumentasi pribadi)

Tanamkan rasa bertanggung jawab

Usia masih sembilan tahun memang belum dianggap dewasa, namun mendidiknya untuk bertanggung jawab tak ada salahnya. Memangnya anak usia sembilan tahun bisa apa tentang tanggung jawab? Bukan mengenalkan arti tanggung jawab tapi menanamkan jiwa tanggung jawab terhadap apa yang ia lakukan.

Contohnya, saat ada tugas atau PR dari sekolah, maka dia harus mengerjakan saat di rumah sebagai rasa tanggung jawabnya sebagai pelajar. Merapikan dan menjaga peralatan sekolah, buku, dan alat-alat tulis harus dipelihara.

Banyak kita jumpai anak seusia Ananda, barang-barang miliknya masih disiapkan dan dilayani oleh bundanya, padahal kita perlu melatihnya untuk menjaga barangnya sendiri. sehingga saat di kelas mereka mengetahui apa saja kebutuhannya hari ini.

Sebagai pengalaman saat saya berada di kelas, banyak siswa saat harus menyiapkan buku, tidak membawa buku pelajaran padahal jadwalnya sudah dituliskan, hal ini dikarenakan anak kurang bertanggung jawab pada kebutuhannya sendiri.

Melatih dengan kemandirian

Mandiri menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia(KBBI) berarti tidak tergantung pada orang lain. Sedangkan kemandirian adalah keadaan dapat berdiri sendiri tanpa bergantung pada orang lain. 

Sebagai orangtua hendaknya kita melatih anak untuk mandiri sejak dini, sehingga tidak tergantung pada orang lain. Misalnya sejak usia sekolah dasar sudah dilatih untuk memakai pakaian sendiri, makan sendiri dan menyiapkan peralatan sekolah sendiri.

Hal ini penting untuk melatih kemandirian anak. Memang terkadang hasilnya tidak seperti yang diharapkan orang tua, anak suka tidak rapi jika berpakaian atau jika makan sendiri durasi waktunya lama dan banyak makanan yang tercecer jatuh.

Dengan berjalannya waktu anak akan tumbuh semakin dewasa, tentu kita tetap membimbingnya dan mengarahkannya, bagaimana sikap yang benar, bukan malah memarahinya karena tidak rapi, tidak bersih atau tidak sesuai harapan bundanya.

Dengan memberikan tanggung jawab untuk mengurus dirinya sendiri anak tumbuh lebih dewasa dan mandiri.

Tanamkan karakter

Dalam mendampingi tumbuh kembang anak hal yang tak boleh ditinggalkan adalah menanamkan karakter pada anak. Dengan bertambahnya usia anak akan bertambah teman, juga bersosialisasi dengan orang lain.

Dengan demikian anak akan meniru gaya teman sepermainan. Bahkan terkadang kalimat yang tabu untuk diucapkan orang dewasa tiba-tiba diucapkan karena tidak tahu apa artinya.

Itu juga yang menjadi pengalaman saya tiba-tiba Ananda mengatakan hal yang tabu, bahkan saya sendiri tidak pernah mengajarkannya. Saat saya tanya dari mana kata itu didengarnya. Dia mengatakan dari si Mimin, teman sepermainannya.

Karakter atau akhlak menujukkan jati diri seseorang bahkan Rasulullah SAW diutus oleh Allah untuk menyempurnakan Akhlak manusia. Seperti hadis Nabi yang diriwayatkan oleh Al baihaqi, "Sesungguhnya aku diutus(Allah) hanya untuk menyempurnakan kesalihan akhlak".

Bapak dan Ibu menjadi penting bagi kita untuk mendampingi buah hati, dengan bertambahnya usia maka bertambah pula tanggung jawab kita terhadap anak. Dengan membekali anak untuk mandiri dan berkarakter, memudahkan mereka dalam menatap masa depan yang semakin dinamis dan kompetitif.

Salam sehat selalu, semoga bermanfaat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun